Minggu, 30 Desember 2018

Coretan Akhir Tahun 2018

Selamat malam sobat blogger di mana pun kalian berada.. Gimana kabar kalian semua..? Saya harap kalian dalam kondisi yang sehat dan bahagia. Tak terasa kita sudah berada di akhir tahun lagi nih sob. Itu berarti waktunya saya tuk membuat post yang berisi tentang kilas balik peristiwa yang saya alami selama setahun penuh ini. Tahun 2018 punya banyak momen yang tak terlupakan, diantara itu semua saya mencoba merangkum momen yang sangat melekat di ingatan ini dalam sebuah post yang saya sebut dengan Coretan Akhir Tahun 2018 agar tidak lupa. Yaudah langsung saja sob!


► 27 Januari 2018
Di awal tahun, saya sudah dihadapkan Ujian Kompetensi Keahlian (UKK). UKK dulu sering disebut dengan ujikom. Istilah UKK lebih familiar disebut dengan Ujian Praktek Kejuruan di SMK. Ujian ini merupakan agenda final tahunan sebelum Ujian (Teori) Nasional. UKK sendiri sebenarnya adalah Ujian (Praktek) Nasional yang dilaksanakan oleh sekolah bekerjasama dengan DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri). Saya pikir UKK itu sangatlah sulit.. Tapi dengan doa serta ikhtiar yang mantap, semuanya akan terasa mudah. Dannn.. Alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan, saya lulus UKK ini dalam sekali ujian dan mendapatkan sertifikat kompetensi keahlian dari kejuruan yang saya ambil.

► Februari - Maret 2018
Pada bulan-bulan ini, ada banyak kewajiban yang harus ditemui setiap kelas akhir. Seperti pada umumnya suatu kelulusan, pasti ada tahapan yang harus dilalui. Saya sih biasa nyebutnya sebagai ritual wajib kelulusan. Ada apa aja tuh? Yaa standar, seperti pendalaman materi, try out, Ujian Praktek, Ujian Sekolah, dan Ujian Nasional. Tapi khusus untuk SMK, ada satu tambahan yaitu UKK sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas. Oyaa, di salah satu bulan ini juga saya mengalami klimaks dari hari-hari buruk yang telah dilalui. Sungguh menyiksa sekali. Tapi Alhamdulillah.. Saya bisa kuat dan sabar dalam menghadapi berbagai rintangan tersebut

► 2 - 5 April 2018
Seperti disinggung sebelumnya, Yak, Ujian Nasional.. Di awal april ini saya melaksanakan Ujian Nasional untuk yang terakhir kalinya, rasanya antara pasrah dan senang. Memang Ujian Nasional ini adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada dunia pendidikan yang disesuaikan dengan standar pencapaian hasil secara serentak dan nasional. Beberapa teman ada yang histeris dan panik menghadapi UN. Entah itu karena belum siap secara fisik dan mental, atau takut nilainya jelek yang mengakibatkan susahnya mencari pekerjaan (bagi yang ingin langsung kerja). Kalau saya sih sudah pasrah aja bawaannya. Berserah diri kepada Sang Pencipta agar dilancarkan ujian ini.

► 27 April 2018
Tour perpisahan! Inilah hari yang ditunggu para teman se-angkatan, tapi tidak dengan saya. Kenapa tidak? Karena disaat yang lain sedang bersenang-senang menikmati kelulusan karena tak ada lagi ujian, saya masih harus mengikuti satu lagi ujian yang sangat amat menegangkan yaitu SBMPTN. Jadinya saya tidak seratus persen menikmati tour ini.

► 3 Mei 2018 
Saat Pengumuman nilai UN kali ini, saya gak seantusias UN SMP. Saya sudah benar-benar pasrah dan berserah diri. Tak ada target yang ditetapkan. Saya akan terima apa adanya. Setelah menunggu sekitar dua jam, akhirnya keluar juga hasilnya. Begitu dipasang saya gak langsung liat karena banyak sekali yang berkerumunan. Setelah agak sepi baru dah saya liat dannnn... Hasilnya... Alhamdulillah cukup bagus. Gak terlalu rendah, gak terlalu tinggi. Pertengahan lah bisa dibilang. Bagi saya nilai ini sangat cocok untuk masa putih abu-abu dengan segala penderitaannya.

► 8 Mei 2018
Ini dia momen yang paling greget bagi saya di tahun ini, ikut SBMPTN! Padahal saya belajar bisa dibilang masih belum maksimal seperti anak SMA pada umumnya. Tapi saya tetap memberanikan diri untuk ikut serta. Ehh.. Di tempat test SBMPTN nya, saya bertemu dengan teman SMP. Wah saya senang sekali bisa ketemu dengan mereka. Apalagi ada salah satu teman yang ngambil prodi nya kurang lebih mirip lah dengan yang saya ambil, berhubungan dengan pertanian. Setelah selesai test SBMPTN nya, saya berbincang-bincang sebentar mengenai apapun.

► 27 Juni 2018
Ini merupakan pengalaman pertama saya melaksanakan kewajiban bersuara secara sah sebagai warga negara dalam pilgub Jawa Barat yang diselenggarakan serentak 27 Juni. Saya benar-benar antusias dalam mengikuti setiap tahapan-tahapan dalam berdemokrasi ini. Dan alhamdulillah semua proses memilih ini berjalan dengan lancar.

► 3 Juli 2018
Setelah mengikuti test SBMPTN tibalah saatnya pengumuman SBMPTN. Sangat mendebarkan sekaligus menakutkan. Nilai yang menjadi tolak ukur untuk masuk perguruan tinggi akhirnya diumumkan secara resmi. Saya deg-degan sekali. Terlebih setelah mengetahui jamnya dipercepat. Makin gak karuan perasaan yang ada di kepala ini. Akhirnya saya nekat membuka situs pengumuman, dannnn... Hmm.. Saya hanya diberi semangat doang sob! :'|


► 5 September 2018
Disaat yang lain sudah pada masuk kuliah dan kerja, saya justru baru mencari pekerjaan. Saya memberanikan diri untuk ikut Job Fair. Siapa tahu dapat kerjaan kan lumayan ya sambil mengisi kekosongan waktu selama setahun ini pikir saya. Tapi nyatanya sampai sekarang saya belum mendapatkan panggilan. Saya jadi sedikit banyak tau lah tentang dunia kerja. Ternyata mencari kerja itu gak segampang yang dikira. Tapi untungnya bapak saya seorang pengusaha, jadi saya saya bisa bantu-bantu lah sembari menunggu waktu.


► Oktober - Desember 2018 
Setelah mencari kerja tapi gak dapat-dapat, akhirnya saya pun lebih memilih untuk mencari ketenangan jiwa. Di bulan-bulan ini saya berusaha untuk menjauhkan diri dari media sosial. Karena menurut saya media sosial sudah terlalu banyak racun yang dapat merusak pola pikir saya. Alhamdulillah sampai tulisan ini dibuat saya bisa konsisten untuk tidak membuka media sosial. Dampak yang saya rasakan lumayan terasa. Semoga bisa nerus sampai nanti benar-benar lepas dari yang namanya kecanduan media sosial.


Tahun 2018 menurut saya itu adalah tahun yang sangat panjang. Kenapa? karena pada tahun ini, saya lulus SMK dan daftar kuliah lewat jalur SBMPTN. Yaa.. walaupun gagal lolos tes. Emang sih cuma dua hal itu, tapi kalian tau gak sob, ternyata kalau dijalani itu ternyata rasanya lama dan panjang banget. Mulai dari saya ngejalani UN dan hasilnya lumayan sampai ujian SBMPTN yang sangat 'menampar' diri. Kalau akhir tahun kemarin saya suka murung seakan menanti sesuatu yang tak pasti, namun sekarang saya sudah merasa lega sekali setelah melewati semua momen tersebut. Walaupun sebagian ada yang gak sesuai dengan apa yang saya harapkan, tapi itu semua sudah menjadikan saya pribadi yang lebih tangguh dari sebelumnya.


Terimakasih 2018 atas pilunya kehidupan. Tahun yang telah berhasil mengajarkan saya hikmah di balik luka. Memori ini akan selalu melekat abadi dalam sejarah hidup saya. Bagaimana saya berjuang demi masa depan, lalu dihancurkan oleh seseorang yang tak tahu diri, hingga proses menghibur diri serta menenangkan hati dan pikiran. Kesedihan, kekesalan, kekecewaan, kehampaan, keindahan, dan kebahagiaan. Semua terangkum dalam tahun ini. Berhubung 2018 ini bisa dikatakan kurang baik, mungkin 2019 waktunya untuk memperbaiki. Semoga saya bisa. Aamiin..



Okey cukup sekian, Terima kasih banyak telah membaca sampai akhir. Selamat akhir tahun 2018 sob!


=

Read More

Senin, 24 Desember 2018

FIFTH ANNIVERSARY

Yak selamat malam sobat blogger!
Alhamdulillah..  Masih ketemu lagi dengan tanggal 24 desember tahun ini. Tidak terasa, blog ini sudah berjalan lima tahun. Sebuah angka yang tidak mudah diraih dan dicapai sejauh ini, terlebih dengan kemalasan dan kesibukan yang tak pernah berhenti berdatangan.

2018 adalah tahun kelima dari sebuah Blog usang yang tak istimewa ini. Berdebu tanpa ada yang berkomentar. :( Memang selalu menyenangkan bila Blog kita memiliki banyak pengunjung. Membuat kita tambah semangat untuk membuat posting berikutnya. Tapi walau begitu, yang membuat blog ini tetap hidup hingga berumur 5 tahun adalah isinya. Saya selalu berusaha terus menyajikan post yang enak dibaca walaupun cuma coretan atau curahan sekali lewat. Karena saya ingin benar-benar bebas berkarya tanpa ada tekanan dari siapapun.

FIFTH-ANNIVERSARY.jpg


Kalau diingat-ingat lagi, dulu saat memberanikan diri untuk bikin blog, saya tak pernah tau bagaimana caranya saya mencari ide yang bagus dan segar. Hanya modal nekat aja. Tapi dengan berbagai kunjungan ke teman sesama blogger, saya jadi tau dan banyak belajar dari para mastah blogger. Setelah itu saya jadi menemukan cara agar aktivitas berinternet-ria ini bisa menjadi suatu kegiatan yang positif. Bisa jadi sarana untuk curhat juga kalau lagi gak ada yang mau mendengar. Tanpa banyak bicara, hanya dengan kata-kata saja. Sekalian melatih diri untuk bisa menyusun kata-kata yang indah. Terasa sangat nikmat sekali jika kegelisahan saya dapat disalurkan dalam bentuk tulisan.

Harapan saya di usia yang baru ini hanya satu, yaitu ingin kembali lagi produktif membuat postingan setiap bulannya. Itu saja. Tidak mudah namun tidak sesulit yang dibayangkan juga, hanya butuh konsistensi yang lebih tinggi lagi dari yang sebelumnya. Semoga saya bisa!


241218



Oke cukup sekian. Terima kasih.



Read More

Sabtu, 01 Desember 2018

Merasa Tak berguna

Selamat malam sobat blogger.. Bulan Desember selalu menjadi penanda bahwa tahun ini akan segera berganti. Jika saya lihat kembali, 2018 saya banyak hancurnya daripada baiknya. Dan orang yang paling sering saya sakiti adalah diri saya sendiri. Saat saya gagal, saya pernah berteriak, Dasar manusia tidak berguna! Saat orang-orang di lingkungan sosial terdengar mulai membicarakan saya karena saya memilih jalan yang berbeda yaitu Gap Year, saya malah menyalahkan diri sendiri. Bukan malah bergegas memeluknya. Seolah-olah jalan yang saya pilih ini adalah sebuah kesalahan.

useless.jpeg


Hal seperti ini bisa dianalogikan seperti orang tua yang sangat kejam nan perfeksionis. Coba bayangkan saja, setelah anaknya mati-matian belajar siang dan malam, ketika nilai ujian keluar, dan nilai si anak ini tidak sesuai harapan (baca: sangat rendah) , bukannya malah memeluk anaknya, si orang tua ini dengan kejam berteriak, Dasar anak gobl*k! Dasar anak tidak berguna! Mati aja lu bangs*t! Kemudian dengan santainya mereka pergi meninggalkan si anak, tanpa pernah melihat perjuangan yang telah anak ini lakukan.

Sakit tapi tak berdarah. Itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan betapa tersiksanya saya berada dalam kondisi seperti ini. Dan itu semua terjadi pada diri saya. Mungkin karena belum menerima sepenuhnya segala tragedi yang telah terjadi, saya jadi sangat kejam pada diri sendiri. Saya selalu membayangkan kondisi ideal yang seharusnya terjadi jika saya mengambil keputusan yang berbeda saat dihadapkan pada sebuah pilihan. Mulai dari urusan sekolah, pertemanan sampai urusan keluarga. Saya terlalu jauh memikirkan itu semua. Sampai-sampai terkadang saya tidak peduli dengan hal yang seharusnya saya perhatikan, yaitu diri sendiri. Padahal jiwa dan raga saya juga butuh perhatian. Tapi, saya juga masih bingung bagaimana cara memberikan asupan energi positif untuk diri ini. Alih-alih menghargainya segala usaha yang telah saya lakukan, saya malah terkadang mentitik fokuskan pada hasil.

Itulah barangkali sekelumit kegelisahan selama enam bulan pertama saya menjalani Gap Year. Memang awalnya sih saya pede menjalani pilihan ini, tapi setelah beberapa bulan kemudian saya pun termenung meratapi nasib. Diri ini benar-benar tak bisa membohongi perasaan. Saya mulai kecewa terhadap diri saya sendiri. Saya masih terus mencari solusi gimana caranya melakukan pembiasaan terhadap situasi meresahkan seperti sekarang ini terjadi agar tak mengganggu kegiatan belajar saya untuk persiapan SBMPTN. Namun sampai sekarang saya belum menemukan jalan keluarnya. Saya berharap ini tidak berlangsung lama, karena ini sangatlah mengganggu.


Read More

Rabu, 21 November 2018

SENDIRI

Terkadang seseorang butuh sendiri untuk beberapa saat. Di saat semua hal yang diinginkan belum ada satu pun yang menjadi kenyataan. Banyak orang bilang di balik cobaan selalu ada hikmah. Namun sampai sekarang saya belum menemukan hikmah dari peristiwa paling menyakitkan dalam hidup saya ini. Membuat diri saya menjadi stres. Sungguh tak mengenakkan.



Hidup di era digital, dengan segala kemudahannya, telah menyebabkan meningkatnya isolasi sosial yang tajam dalam hidup saya. Saya jadi tak bisa merasakan kembali nikmatnya berbagi cerita dengan sesama manusia. Kadang saat saya ingin bercerita tentang kondisi yang saya jalani begitu berat sama seseorang, kebanyakan malah pada bilang, Masih banyak masalah yang lebih berat dari apa yang lo rasain sekarang, seharusnya lo lebih bersyukur! Hal seperti inilah yang bikin saya lebih milih memendam apa yang saya rasakan daripada harus bercerita. Sekalipun harus dikeluarkan dari kepala, saya memilih blog ini sebagai pelarian bercerita daripada ke manusia.

Suasana ramai di sekitar saya tak sanggup mengusir kesunyian hati. Perkataan yang keluar dari mulut-mulut orang yang mencintai saya tak sanggup membakar semangat jiwa ini. Ajakan mereka untuk bergembira dan memaksimalkan hidup yang cuma sekali ini dengan berbagai kebaikan tak dapat memotivasi diri saya. Hiburan yang mereka berikan belum bisa menghapus kepedihan luka yang masih terasa. Mereka tak pernah tau apa yang telah terjadi terhadap diri saya sampai-sampai saya harus mengisi hari-hari dengan rasa sakit lagi dan lagi. Rasanya saya belum mampu untuk menceritakan kebenaran yang sesungguhnya.




Saya pikir, selepas SMK saya akan meninggalkan dunia ini. Tapi nyatanya, saya masih hidup sampai sekarang. Setiap hari, saya berpikir apakah hari ini saya akan mati? Mungkin karena itu pula, saya tidak punya impian yang benar-benar ingin diraih. Saat ini, teman saya di saat sendiri hanyalah luka yang masih basah. Saya kesakitan, dan tak sadarkan diri begitu saya lihat seberapa besar lukanya. Pedihnya tertancap hingga ke dalam jiwa. Tangis sertai air mata terus membasahi hati. Kalau dipikirkan lebih jauh, saya merasa seluruh isi bumi berkonspirasi untuk menjatuhkan dan melukai saya. Membuat saya terkadang merasa tidak nyaman lagi dengan hidup ini. Saya menderita, depresi, dan cemas. Seperti sudah tak ada energi untuk menjalankan hidup. Rasanya saya tak ingin bermimpi tuk sementara waktu. Karena mimpi-mimpi saya saat ini tak membuat diri ini menjadi tenang.

Jangankan untuk bermimpi, untuk sekedar menikmati matahari terbit saja saya tak mampu. Saya terlalu sibuk. Sibuk berperang dengan musuh sejati, sibuk beradaptasi pasca kelulusan sekolah, dan sibuk membantu orang tua. Dari semua kesibukan tersebut membuat diri saya makin tenggelam. ketika kesibukan itu berakhir, meninggalkan rasa hampa dalam sepi yang memaksa saya untuk mencari kesibukan lain. Begitu terus siklusnya sampai-sampai ada hal penting yang terlupakan oleh saya, yaitu belajar untuk persiapan menghadapi test masuk perguruan tinggi dengan giat. Ini adalah misi utama saya saat memutuskan untuk gap year lima bulan yang lalu.

Emangnya gak ada hari libur? Libur sih ada.. Tapi yaa gimana ya.. Entahlah.. Saya rasa ini antara males atau otak saya yang sudah mengatur demikian. Saat hari libur tiba, saya paling tidak bisa belajar di hari tersebut karena saya menggunakannya untuk meliburkan pikiran saya. Saya yakin otak ini tak henti-hentinya bekerja keras setiap hari setiap saat hingga overthinking. Menyalahkan keadaan yang rumit bahwa saya tidak dapat merasakan nikmatnya hidup. Meskipun saya udah punya niat belajar, tapi pasti ujung-ujungnya nggak tersentuh juga materi SBMPTN sama saya. Yaa.. Tidak masalah juga sebenarnya, selama libur kemarin saja saya tidak belajar sama sekali untuk materi SBMPTN karena saya sibuk untuk melakukan aktivitas yang lain, jadi saya terkadang tidak peduli sama sekali tentang perkuliahan. Saya ingin belajar tapi tidak bisa belajar jika bukan waktunya. Walaupun sudah ada arahan dari bapak tercinta, tapi rasanya saya belum punya semangat lebih dalam menjalankan tujuan tersebut. Masih setengah-setengah dalam menjalankan kewajiban belajar. Bisa dibilang saya belajar ketika saya mood dan waktunya pas untuk menyerap ilmu baru. Padahal kalau dipikir-pikir, sudah tinggal hitungan bulan UTBK SBMPTN akan segera dilaksanakan kembali. Hmm..




Satu hal yang saya butuhkan saat ini adalah tempat untuk menyendiri, dimana saya bisa terbebas dari tekanan-tekanan itu, untuk dapat lebih bisa merasakan rasa bersyukur atas kehidupan yang saya miliki. Saya sangat membutuhkan umpan balik dari alam semesta agar saya dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Read More

Rabu, 07 November 2018

Racun Dunia

Saya pernah berkata bahwa kita harus pandai bersyukur atas segala hal yang telah diberikan Tuhan. Barangsiapa yang bersyukur maka nikmatnya akan ditambah, begitu lah firman-Nya. Namun apa boleh buat, saya hanyalah manusia biasa yang lemah dan kekanak-kanakan. Masih jauh dari kata sholeh dan dewasa. Saya tak bisa setiap saat memiliki pikiran positif, ada kalanya pikiran saya dipenuhi awan hitam. Seperti saat ini, suasana hati saya sedang kacau dan memaksa diri ini untuk terus mencari-cari kesalahan di masa lalu. Akhir-akhir ini saya sering mengeluh daripada mensyukuri segala kasih sayang Tuhan. Tapi ini bukan tanpa alasan, ada hal yang mendasari saya untuk terus bergumul dengan diri sendiri dan belum bisa sepenuhnya bersyukur. Kenapa saya bisa seperti itu? Mari saya saya jelaskan lebih dalam..

Jadi begini ceritanya..

Dalam tiga tahun yang luar biasa kemarin, ada satu hal yang terasa sangat berguna bagi saya. Sekarang saya mempunyai pandangan yang lebih baik dalam menjalin komunikasi, khususnya terhadap perempuan. Saking baiknya, malah membuat saya merasa sangat sedih. Sedih karena telah mengetahui kenyataan bahwa banyak sekali perempuan yang  yang sifatnya sangat beragam. Bahkan bukan hanya perempuan, tapi manusia pada umumnya.

Di masa putih abu-abu saya, tingkat persaingan untuk mencapai peringkat itu sangat tinggi. Semua teman berlomba-lomba untuk menjadi orang yang bisa menguasai suatu materi demi sebuah nilai. Tak ada yang persatuan dan kesatuan selama saya SMK. Semua sibuk dengan komunitasnya sendiri. Yang pintar makin pintar, yang bodoh makin bodoh. Padahal berkompetisi memang bisa dipandang sebagai suatu hal positif, yaitu sebagai pemicu semangat. Tetapi ada kalanya hal ini menjadi duri dalam menjalin hubungan pertemanan.

Teman yang terlihat begitu suportif dan responsif, tetapi di sisi lain, mereka tampak sangat kejam. Mereka bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang diinginkan —dalam kasus ini berarti untuk mendapatkan nilai. Singkatnya yaitu persaingan yang tidak sehat. Dampaknya terhadap saya adalah banyak teman yang meremehkan kemampuan saya, bahkan mencibir tindakan yang saya pilih. Saya jadi tidak bebas untuk berekspresi. Ditambah lagi, ada teman yang sering mengejek dan mempermainkan saya. Saya kira mereka tak punya hati kali ya? Seenaknya aja melakukan hal ini dan itu kepada orang lain. Hm.. Bertambah ancur lah kisah hidup saya saat itu.

Namun harus saya akui, dalam beberapa kesempatan saya masih sering membuat penilaian yang keliru. Orang yang selama ini saya anggap teman baik, sangat baik, bahkan terlalu baik malah menjadi orang yang selalu membuat saya jalan di tempat. Dalam artian bahwa saya tidak dapat berkembang. Terjebak di situ-situ aja. Mereka datang ke saya jika ada butuhnya. Jika tak ada kepentingan, yaa saya diabaikan begitu saja. Ujung-ujungnya saya harus sendiri lagi dalam waktu yang cukup lama.


Selain itu, ada lagi sifat yang sangat mengganggu saya dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Yaitu sifat perfeksionis. Sifat yang baru saja saya sadari setelah lama bersemayam di dalam diri. Ternyata hal yang paling saya takutkan itu terjadi juga. Saya tertular suatu sifat yang melekat pada monster biadab orang yang telah menginjak-injak harga diri saya beberapa waktu yang lalu. Kondisi dimana saya selalu menginginkan kesempurnaan dalam setiap hal. Sifat ini sangat mengganggu saya dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Misalnya saat saya sedang beres-beres kamar, saya harus memastikan dengan baik semua sudut kamar sudah bersih, kalau belum saya akan terus beres-beres sampai semuanya itu terlihat rapih dan indah. Lalu ketika saya ingin belajar, kalau saya mencari buku pelajaran dan alat tulis tapi gak ketemu-temu juga, akhirnya saya gak jadi belajar. Karena itu sudah merusak mood belajar saya. Jadi buku pelajaran materi SBMPTN dan alat tulis itu harus ada semua di satu meja. Sungguh menyebalkan. 


Kalau tau akan mendapatkan sifat seperti ini, mungkin saya tak akan pernah mau 'berteman' dengan dia. Seperti halnya virus, sifat ini dapat menyebar jika terlalu lama berinteraksi dengan pemilik sifat tersebut. Saya ingin sekali memotong rantainya! Namun apa daya, yang terjadi malah sebaliknya, saya terus melanjutkan polanya. Saya menjadi pribadi yang selalu menginginkan kesempurnaan. Saya muak menyerupai orang yang paling saya benci!

Sampai sekarang rasa penyesalan ini akan terus mendarah daging. Rasanya seperti melukai diri dan terus melukai diri. Ibarat pohon, setegar apa pun dia berdiri kalau masih dihinggapi oleh parasit, maka dia hanya akan menunggu waktu untuk roboh dan mati. Begitu pun dengan hati manusia setegar apa pun dia, jika ia terus mendapat tekanan di sekelilingnya, maka bukan tidak mungkin dia akan rapuh dan hancur. Tekanan tersebut berasal dari sifat yang telah tertular dari monster terkutuk  tersebut. Ingin sekali menghilangkan sifat perfeksionis ini. Tapi saya belum mampu. Lelah rasanya saya mengatasi segala ketidakberdayaan diri sendiri.

racun-dunia.jpeg


Sering kali saya mendengar bahwa 'wanita adalah racun dunia'. Sudut pandang yang melahirkan konsep bahwa wanita adalah sesuatu yang dapat memberikan dampak buruk pada siapa pun. Namun bagi saya, orang-orang yang seperti saya jelaskan di atas adalah sebenar-benarnya racun dunia. Mereka benar-benar menghancurkan sendi-sendi kehidupan manusia. Memberikan dampak yang buruk bagi siapa pun yang pernah mengenalinya. Berdasarkan pengalaman saya ini, saya jadi ingin berbagi hal yang saya kira perlu untuk diketahui oleh khalayak ramai. 

Pergaulan kalian bisa jadi beracun jika:

  • Gaya bicaramu jadi tak sopan.
  • Uangmu cepat habis pas sama mereka.
  • Kamu jadi memiliki sifat buruk yang sama dengan mereka.
  • Kamu sering ditindas secara psikologis pas sama mereka.

Itulah yang sering saya rasakan. Ternyata, Lingkaran pertemanan yang sudah beracun itu berbahaya. kalau ada yang berubah dalam lingkaran tersebut, diri sendiri yang akan kehilangan arah. Memang dekat itu perlu, tapi jangan terlalu erat. Jalani saja tanpa harus sejalan dengan mereka. Karena pada akhirnya kita akan sendiri-sendiri juga seiring berjalannya waktu.

Memang tidak semua teman sekolah saya sifatnya seperti itu, tapi memang ada beberapa teman yang seperti itu. Tak perlu menyebutkan namanya, saya rasa tidak penting juga merusak nama baik orang. Yang ingin saya tekankan di sini adalah kita harus berhati-hati dengan orang yang seperti tadi saya jelaskan. Mereka layaknya racun yang dapat merusak pola pikir manusia. Mereka bisa menyerap energi pada tubuh seseorang. Dan jika sudah tertular sifat-sifat buruk dari racun dunia tersebut, bukan tidak mungkin kita akan menjadi racun selanjutnya. Amit-amit dah.. Naudzubillahi min dzalik.. Mudah-mudahan, dengan mengetahui lebih banyak sifat-sifat buruk manusia, tidak membuat saya bosan untuk belajar dan berteman dengan sesama manusia. Aamiin..


Read More

Rabu, 31 Oktober 2018

Angan-angan mengikat tubuh

Siapa yang tak pernah melamun? Membayangkan kehidupan yang lebih baik, membayangkan hal-hal yang lebih indah, ataupun membayangkan hal yang mustahil untuk dilakukan. Jelas, semua orang pasti pernah melakukan hal tersebut. Melamun merupakan aktivitas di luar kesadaran manusia yang bisa membawa kita melupakan sejenak kenyataan yang ada dan membawa kita ke dunia batas lain sesuai keinginan kita. Dan Itulah aktivitas yang akhir-akhir ini sering saya lakukan. Melamun tentang kelanjutan dari perjalanan hidup saya. Mulai merasakan apa yang disebut dengan 'pengangguran'. Rasanya setiap hari tidak berwujud. Hanya bisa berangan-angan dan melamun tentang kelanjutan dari perjalanan hidup saya ini. Masa depan saya pun berjalan dengan lambat. Setelah gagalnya saya lolos seleksi kuliah lewat jalur SBMPTN, otak ini selalu berpikir gimana caranya agar saya tak merasa bersedih menjawab chat teman yang selalu bertanya apakah saya lolos atau nggak. Cukup menguras perasaan sebenarnya, tapi ya mau gimana lagi. Ini sudah takdir.

melamun.png


Sedikit bercerita ya sob, kurang lebih satu tahun yang lalu saya pernah membenci diri sendiri. Itu semua bermula ketika saya pernah menyia-nyiakan masa SMP yang berakibat saya sulit untuk beradaptasi dengan jenjang sekolah selanjutnya. Saya jadi tidak tau tahapan apa yang harusnya bisa dilalui dengan baik. Waktu SMP saya sama sekali tidak peduli akan bagaimana kehidupan saya nantinya di masa yang akan datang. Segala beban yang banyak dan mungkin berat selalu tak sempat saya pikirkan. Jangankan untuk memikirkannya, membayangkannya akan seperti apa tantangan besar yang mungkin menghampiri saya di masa mendatang sama sekali belum terlintas dalam pikiran saya waktu itu. Saya terlena dengan segala macam keasikan remaja puber. Rasanya saya ingin kembali ke masa lalu untuk mengubah semuanya. Kalau tau anak SMK agak sedikit sulit untuk dapat mengejar materi SBMPTN, seharusnya saya memilih SMA. Hmm.. Tapi apalah daya manusia pendosa ini memilih untuk pasrah mengikuti kehendak orang tua. Lagi-lagi semua karena kesalahan saya yang tidak mau cari tau tahap apa saja yang harus dilalui agar bisa menuju ke pendidikan yang lebih tinggi lagi.


Kalau boleh jujur, di masa SMK kemarin saya ngebatin banget sob! Pikiran saya habis buat mikirin itu SMK. Saya gak ikut organisasi populer, komunitas, atau lainnya. Lama-kelamaan saya jadi nyaman menyendiri dan menikmati kesendirian itu. Selama ini belum ada pencapaian yang benar-benar spesial dalam hidup saya. Biasa saja. Sekarang, temen-temen saya udah ada yang pada kerja dan kuliah. Sedangkan saya gak tau harus kerja atau lanjut lagi belajar buat SBMPTN tahun depan. Kerjaan saya cuman bantu orang tua, makan, tidur, dan baca tulis gak jelas di rumah. Sedangkan, Tekanan di dalam pikiran sudah timbul sejak lama dan membuat saya  sedih hingga mengganggu rutinitas tersebut. Saya mau cerita sama orang tua saya tentang ini. Tapi gak berani sob, takut nambah beban pikiran mereka. Di kala orang mulai sudah mulai ngejar tujuan hidupnya, saya malah masih kebingungan tuk memulai langkah pertama yang sempurna.

monster.png


Bisa dibilang semua pikiran Ini muncul dikarenakan monster itu datang lagi dan mengusik suasana hati saya yang sedang melakukan pemulihan. Ancaman demi ancaman terus dilakukan oleh makhluk terkutuk nan biadab ini agar saya terus mengikuti kemauannya. Sungguh tak mengenakkan bukan..? Membuat saya benar-benar ingin secepatnya melupakan masa putih abu-abu kemarin. Terlalu banyak penderitaan yang saya rasakan dibanding kesenangan sebagaimana kebanyakan remaja di luar sana. Dalam suasana hati yang penuh tekanan karena banyaknya orang yang merusak, kecenderungan hati saya sebenarnya hanya butuh tempat pelampiasan. Tempat untuk mencurahkan segala beban yang ada. Dan saya pikir hanya di blog ini saya bisa sesuka hati menulis apa pun yang saya inginkan. Kebetulan, blog ini juga nggak ada yang baca. Kesempataan saya buat mencurahkan isi hati dan pikiran. Bodo amat lah mau dibilang cemen atau lembek. Intinya saya ingin bebas dari segala ketidakberdayaan ini!


Read More

Kamis, 11 Oktober 2018

Masa Suram

Entah kenapa malam ini saya gak bisa tidur seperti biasanya. Ada suatu hal yang harus dikeluarkan dari kepala ini agar bisa menuju alam mimpi. Sepertinya tantangan besar yang kemarin saya hadapi nampaknya belum benar-benar selesai. Masih ada jeratan yang tak mau lepas dari hidup saya. Sangat meresahkan sekali. Bikin perasaan saya jadi gak karuan begini. Entah apa yang ada di pikirannya, sampai-sampai saya harus mengisi hari-hari dengan rasa sakit lagi. Padahal baru tiga minggu saya merasakan nikmatnya kebebasan dari segala belenggu yang selama ini menyiksa, mencoba menikmati hidup, dan yang paling penting yaitu berusaha bangkit setelah terjatuh. Ehh.. Kenapa 'Monster' itu datang lagi ke dalam hidup saya!

masa-suram.jpg


Membuat saya semakin yakin bahwa seluruh masa sekolah saya benar-benar tak menyenangkan. Saya rasa tidak ada yang spesial di masa sekolah selama 12 tahun ini. Yang ada malah rasa sakit dan penderitaan yang tak berujung. Sedih karena gak bisa benar-benar merasakan kenikmatan sekolah yang sesungguhnya. Saya merasa telah menyia-nyiakan waktu sekolah begitu saja tanpa ada akhir yang begitu puas. Teman sebaya saya kebanyakan lebih memilih untuk berkata ‘sabar ya’ dengan nada menenangkan, daripada memilih untuk menemani dan menghilangkan pikiran negatif ini. Orang lain pun cenderung lebih memilih untuk menyemangati lalu pergi menghilang daripada memilih untuk merangkul dan tetap menemani hari-hari gelap saya. Rasanya seperti terpisah dari kenyataan dan lingkungan sekitar. Kalau sudah seperti itu, satu-satunya cara untuk mengurangi beban yaitu dengan mencurahkannya dalam bentuk tulisan di blog sunyi ini. Saya jadi ingin sekali bercerita sedikit tentang masa-masa sekolah. Jadi begini..


Masa SD saya cukup suram karena tak punya teman yang pasti, kalaupun ada yaa paling teman yang hanya datang kalo lagi ada tugas, selebihnya saya selalu sendiri. Nahh.. Di masa SMP saya sudah mulai membaik, udah bisa berbaur dan mempunyai teman yang unik, tapi tetap aja kurang nikmat karena suatu hal buruk terjadi. Dan masa SMK adalah masa yang paling terasa penderitaannya bagi saya. Untuk kesekian kalinya saya menelan pil pahit. Tapi yang ini lebih pahit daripada masa SMP. Masa terberat bagi saya ada di masa putih abu-abu. Walaupun awalnya saya bisa mengikuti, tapi makin lama makin sulit bagi saya. Terlebih di semester akhir, saya mengalami pergolakan hati dan pikiran yang luar biasa. Saya hampir menyerah waktu itu karena merasa sudah tak sanggup lagi. Tiga tahun saya melewati dengan berbagai rintangan yang datang. Tugas-tugas aneh yang selalu menyita waktu. Banyak acara yang cuma menambah beban pikiran. Peraturan yang membatasi ruang gerak kehidupan saya. Dan teman yang mulai berkubu-kubu. Pada akhirnya saya dapat menyimpulkan, ternyata sekolah favorit tidak menjamin bahwa isinya itu yang terbaik. Itulah mengapa saya pernah mengatakan bahwa di masa SMK ini sangat menampar saya akan realitas hidup yang terjadi.

Karena hal-hal itu saya jadi sering sendirian saat akhir semester, sering sedih bahkan sampai menangis terlalu lama dengan perasaan sedih yang mendalam. Eitts.. Menangisnya tentu tidak dengan air mata, tapi di dalam hati. Jujur aja saya jarang atau bahkan susah sekali untuk meneteskan air mata ini. Entah kenapa saya seperti itu? Apa ada yang salah? Saya tak tahu. Hidup ini terasa abu-abu. Bukan benar atau salah. Tapi lebih kepada menerima kenyataan bahwa saya sedang berada diambang krisis jati diri. Pendirian saya mulai runtuh. Tergrogoti oleh perundungan yang terus berlangsung selama lebih dari satu dekade. Sudah Begitu lama saya terperosok di dalam gelapnya keterpurukan. Tak ada lagi yang bisa saya lakukan selain bertahan. Berharap ada sinar yang menyelinap masuk ke dasar hati saya dan memantik kembali api semangat saya yang sudah lama padam.


Bagi kebanyakan orang, masa putih abu-abu itu adalah masa yang paling indah saat sekolah. Tapi bagi saya masa yang paling indah dan seru sampai saat ini....  belum ada. Saya tak menemukan satupun keindahan masa sekolah. Bagi saya sekolah itu hanya untuk mengisi waktu luang dan untuk mendapatkan ijazah. Tak lebih dari itu. Bisa dibilang saya sebenarnya benci masa-masa di SMK. Ohh jangan benci kali ya, terlalu sadis. Oke dah saya ganti jadi, gak suka. Saya harap nanti ketika saya kuliah, ini akan menjadi masa yang benar-benar indah. Yang dapat saya nikmati setiap harinya. Saya harap seperti itu. Menjadikan masa kuliah adalah masa-masa yang paling indah!


Read More

Minggu, 23 September 2018

Tentang Putih Abu-Abu Bagian 3

Seperti halnya cerita yang kita baca dalam novel atau film yang menjadi tontotan di setiap bioskop dan TV, semua kisah itu pasti memiliki akhir. Begitu pula dengan kisah saya di penghujung masa putih abu-abu ini. Masa dimana saya merasakan banyak hal yang tidak dimengerti secara bersamaan. Mulai dari pertemanan sampai ke pencarian jati diri. Itu semua terangkum dalam masa ini.

putih-abu-abu-bagian-3.jpg


Jumat kemarin, saya baru saja mengambil SKHUN di sekolah. Ini sekaligus menandakan kunjungan saya ke sekolah untuk yang terakhir kalinya. Untuk saat ini. Sampai waktu yang akan datang. Saya akui, sekolah terakhir saya ini banyak mengubah pola pikir saya. Lebih membuka pikiran dan hati saya terhadap hidup. Tapi juga lebih menampar saya akan realitas hidup yang terjadi bahwa, masa putih abu-abu tidak pernah semenyenangkan yang dikira. Bisa dibilang masa-masa SMK saya tak punya kisah yang indah dan dapat dikenang atau bahkan bisa membuat orang tua bangga. Di masa SMK kemarin, saya kebanyakan bertemu dengan orang yang mempunyai gengsi yang tinggi dan pecinta diri sendiri alias narsis. Dimana solidaritas hanya tentang berpikir untung rugi saja, kalau dirasa merugikan yasudah ditinggal. Persatuan pun hanya jadi wacana yang dari awal masuk selalu dielu-elukan. Hingga lulus pun tak pernah ada yang namanya bersatu, semua sibuk dengan komunitasnya sendiri.

Selain itu, saya adalah murid yang terlampau biasa. Banyak guru yang tak mengenali saya. Nilai pun tak pernah ada yang fantastis. Terus berusaha belajar, tapi tak pernah bisa melampaui Number One —sebutan saya tuk teman yang selalu rangking satu di kelas. Berjuang keras menghafal rumus dan teori, tapi tak bisa ingat seratus persen saat ujian. Tak ada yang namanya kenikmatan dalam menjalani rutinitas kehidupan di sekolah. Tidak seperti dulu saat masih SMP, saat saya bisa menikmati hari-hari. Semua hal itu membuat saya frustasi, tertekan, dan pikiran terasa sangat berat. Sungguh melelahkan memang menyelesaikan masa SMK sekaligus masa wajib belajar selama 12 tahun. Saya lulus tanpa ada yang bisa dikenang. Satu-satunya hal yang selalu saya syukuri sampai saat ini adalah saya bisa bertahan menghadapi segala tantangan besar tahun ini tanpa mengikuti pikiran-pikiran negatif beresiko tinggi yang pernah terlintas di kepala. Karena ada banyak sekali kemungkinan berbeda dari setiap kejadian jika saya mengikuti sisi gelap dalam diri ini. Akhir kisah putih abu-abu saya bisa sangat berbeda dengan apa yang telah terjadi kemarin.

melihat.png


Mungkin, saya sudah terlalu jauh untuk melihat bagaimana semua ini berakhir. Tapi saya harus segera menyadarkan diri bahwa masa putih abu-abu saya telah selesai. Sepenuhnya telah selesai. Sudah saatnya saya tuk perlahan melepaskan semua keterikatan yang melekat hingga tak ada yang tersisa. Tidak seharusnya saya selalu meratapi suatu fase yang telah sepenuhnya hancur. Mungkin langkah yang kemarin saya tempuh itu sedikit keliru, tapi saya berusaha untuk memperbaiki jalan hidup ke arah yang lebih baik. Rasa sakit ini memberi arti bahwa, ada beberapa hal di dalam hidup ini yang berjalan tak selalu sesuai dengan apa yang saya inginkan, bahkan harapan yang sudah dirancang sedemikian rupa bisa saja berubah ataupun bergeser sedikit di luar rencana dan saya terkadang tak selalu siap terlebih dahulu menghadapinya, maka dari sanalah saya belajar dewasa.


Karena yang namanya hidup, pasti selalu ada fase terjatuh. Yang mengakibatkan terjadinya perubahan besar dalam perjalanan hidup. Yang di dalamnya pasti ada penderitaan. Itu merupakan bagian yang bersifat wajib. Tetapi jika saya tak melawan, saya tak akan pernah tau siapa diri saya sebenarnya. Perih luka ini mengajarkan saya tentang bagaimana ikhlas menerima ketetapan-Nya. Jika saya tidak mampu untuk melakukan suatu hal yang baru untuk meningkatkan kualitas dan daya saing yang tinggi, saya akan terus tenggelam dalam penderitaan yang tak terbatas.


Akan ada lebih banyak fase lagi dalam hidup. Menderita hanyalah salah satu dari sekian banyak fase. Tinggal bagaimana saya untuk selalu kuat dan SABAR di setiap fase yang sedang saya lewati. Terkhusus untuk fase ini, banyak orang bilang bahwa penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup. Bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Agar hidup ini seimbang. Maka dari itu saya tak boleh pesimis, walaupun terasa sangat berat dan sakit tentunya. Karena setiap kegelapan dalam hidup, hanya saya sendiri yang bisa melewatinya. Begitu pula dengan penderitaan, hanya saya sendiri yang bisa merasakannya. Saya harus segera bangkit kembali. Saya masih memiliki hari esok, hari dimana saya harus kembali menjemput masa depan.



Sekian.


Read More

Senin, 27 Agustus 2018

Selamat!

Selamat malam sobat blogger! Gimana kabar kalian semua? Semoga selalu diberi kesehatan dan kekuatan untuk menghadapi hari. Oyaa sebelum mulai, saya mau curhat sedikit nih. Boleh kan? Boleh dong.. Jadi begini sob, Post ini sebenarnya adalah perwakilan dari hati kecil saya yang terus menerus bersedih melihat teman sebaya bahkan seperjuangan yang telah mendapatkan pekerjaan ATAU lebih dulu kuliahnya, terlebih yang lolos ujian SBMPTN. Perasaan sedih pasti ada dan terus menyelimuti hari-hari saya. Walau saya tau ini adalah jalan terbaik yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Tapi masih ada aja semacam penolakan dari hati kotor ini yang kurang bersyukur atas segala nikmat yang tak terhingga. Saya mencoba menghibur diri dengan cara yang sederhana, yaitu dengan membuat post ini. Mungkin ini juga mewakili isi hati kalian yang nasibnya sama dengan saya, gak keterima di PTN manapun dan belum bekerja. Walau begitu, kita harus tetap bersyukur ya sob..? Karena orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya. Kita sedang ditempa oleh Sang Pencipta untuk menjadi orang yang lebih sabar dan kuat. Seperti lagunya dmasiv,

Syukuri apa yang ada...
Hidup adalah anugerah...
Tetap jalani hidup ini...
Melakukan yang terbaik...

Ahh.. Bukan begitu sob? Yang terpenting sekarang mah jangan sampai kehilangan semangat. Kalo semangat aja udah gak ada dalam diri, gimana mau menjemput masa depan yang telah direncanakan? Kita semua pasti sudah mempunyai masterplan yang telah siap untuk dijelajahi. Tinggal bagaimana sikap kita dalam menyikapi kegagalan ini.

Nahh.. kembali ke laptop. Mungkin saat kalian membaca tulisan ini, ada yang sudah di kota yang berbeda seperti awal sebelumnya. Ada yang sudah melakukan rutinitas kerja di perusahaan. Dan ada pula yang masih nganggur gak tau mau ngapain. Tenang sob, saya juga masih nganggur nih.. Eitts.. Tapi saya nganggur nya dalam artian belum kerja atau kuliah. Nggak benar-benar plong gitu aja gak ada kerjaan, ada aktivitas yang saya lakukan yaitu membantu pekerjaan orang tua. Pada akhirnya saya dengan mantap memilih untuk menunda kuliah setahun atau istilah mainstreamnya yaitu Gap Year. Yaaa.. sesaat setelah pengumuman kemarin, saya berusaha untuk ikhlas dalam menghadapi kenyataan. Saatnya saya bangkit kembali dan siap menghadapi realita hidup sesungguhnya. Setelah sekian lama saya tak bisa membantu orang tua, akhirnya ada waktunya juga.

selamat.png


Bagi yang milih bekerja, sekarang kalian bagai prajurit perang yang sudah siap dilepas ke medan perang. Dengan senjata berupa tabungan ilmu dan selembar ijazah, kalian sudah siap menjawab tantangan dunia. Kalian akan berjuang sekuat tenaga demi jutaan mimpi yang sudah mengantri. Saya hanya bisa ucapkan selamat ya... Kalian adalah yang terpilih dan yang beruntung. Karena kebanyakan orang bilang nyari kerja itu susah. Tapi nyatanya kalian yang sudah bekerja bisa mendapatkannya. Beruntung bukan? Iyaa dong.. Semangat ya karena sudah mulai merasakan dunia yang sebenarnya!


Dan bagi yang baru saja jadi mahasiswa/i baru, kini impian kalian kuliah sudah terwujud. Ini salah satu dari sekian banyak impian yang kalian inginkan bukan? Jadi jangan sia-siakan keberuntunganmu. Iyaa beruntung, Karena banyak sekali pelajar yang bisa dikatakan galau (termasuk saya :v) karena gak bisa lolos seleksi kuliah, sedangkan kalian dapat merasakan nikmatnya menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Selamat yaa dalam menempuh dunia baru. Dunia pendidikan yang benar-benar beda dari yang pernah kamu rasakan sebelumnya. Kata orang sih seperti itu.. Hehe :D InsyaAllah tahun depan saya menyusul, doakan saja yang terbaik ya sob.. (y)


Okee.. Saya rasa cukup tuk sebuah kata-kata ucapan selamat. Jangan pernah lelah berlari menjemput masa depan. Karena kalau kita sampai berhenti memperjuangkannya, maka masa depan kita akan payah. Semoga sepuluh atau dua puluh tahun lagi dari sekarang kita bisa melihat masa depan yang sama, yaitu kesuksesan. Di masa yang akan datang inilah kita akan memegang kendali negara ini. Aamiin..


Read More

Jumat, 17 Agustus 2018

Selamat HUT Ke-73 Republik Indonesia

Selamat pagi sobat blogger! Kalian pasti udah tau kan sekarang hari apa..? Yak, hari kemerdekaan Republik Indonesia kita tercinta. Saya pribadi mewakili rakyat biasa ingin Mengucapkan Selamat HUT Ke-73 REPUBLIK INDONESIA! Berdiri di usia baru ini merupakan suatu tantangan yang baru untuk indonesia. 73 tahun merdeka diantara senang dan susah, senyuman dan air mata, adalah hiasan yang cukup indah bagi bangsa.


Ayo kita rayakan kemerdekaan dengan bebas berkarya mengikuti perkembangan teknologi di era yang serba digital. Termasuk ngeblog tentunya. Dengan ngeblog kita bisa memberikan aspirasi untuk bangsa dan negara tercinta. Sudah banyak blogger sukses yang dapat mengubah pemikiran masyarakat.

Ayo kita sama-sama berjuang menciptakan dan mendukung seluruh karya anak bangsa yang membanggakan untuk negeri dan dunia internasional. Dan Semoga Indonesia semakin canggih lagi khususnya di bidang teknologi, informasi dan komunikasinya. Koneksi internet makin kenceng dan meluas di seluruh penjuru negeri ini. Karena dengan adanya koneksi internet yang cepat membuat ngeblog menjadi semakin nyaman.

Oyaa dan satu lagi, ada yang spesial di bulan ini selain kemerdekaan kita. Yaitu tahun ini di Indonesia akan diselenggarakan pesta olahraga terbesar di Asia. Wahh gimana gak bangga tuh.. Maka dari itu, saya segenap dari rakyat biasa siap mendukung dan menyuksesan Asian Games 2018. Buktikan bahwa kita mampu! Semoga Indonesia bisa masuk lima besar peringkat perolehan medali. Saya percaya dan optimis, Indonesia pasti bisa! Kerja kita, prestasi bangsa!


Read More

Sabtu, 21 Juli 2018

Indah pada waktunya

Yak selamat siang sobat blogger.. Kali ini saya ingin membagikan sedikit cerita yang ada kaitannya dengan ketetapan Allah SWT, bahwa semua itu ada waktunya atau istilah mainstreamnya yaitu 'indah pada waktunya'. Jadi begini ceritanya.... Saat saya sedang mengalami kegagalan kemarin, Bapak saya memberikan wejangan panjang x lebar dan salah satu poin yang saya tangkap yaitu dia berkata "tenang aja dam. Semua akan indah pada waktunya.." Saya mencoba memahami, meresapi, dan merenungkan kata-kata 'indah pada waktunya'. Lalu mulai meng-googling  kisah-kisah yang berhubungan dengan kata-kata tersebut. Dan akhirnya saya percaya bahwa semua akan indah pada waktunya. Sudah banyak orang yang membuktikannya.

indah-pada-waktunya.jpeg

Dalam wejangan nya, Bapak saya bercerita sedikit pengalamannya saat merasakan momen 'indah pada waktunya'. Waktu itu bapak saya baru lulus dari STM (kalau sekarang SMK). Setelah itu bapak saya ingin mencari pekerjaan dan mulai untuk ngelamar2 ke beberapa perusahaan. Berbulan-bulan menunggu panggilan kerja, tapi apa daya belum ada. Sembari menunggu panggilan, Bapak saya kerja di suatu Home industri produksi makanan ringan. Gaji gak seberapa, capeknya luar dalam. Tapi lumayan lah untuk mengisi waktu. Sampai-sampai bapak saya pernah jatuh sakit. Mungkin gara-gara terlalu capek bekerja atau karena emang gak siap fisik mental. Entahlah, Bapak saya tak memberitahukan lebih detail. Setelah sekitar 6 bulanan kerja sampingan seperti itu. Akhirnya di awal tahun baru dapat panggilan kerja dari perusahaan yang cukup ternama. Dan setelah kerja beberapa tahun, Bapak saya bisa kuliah. Yaa walaupun gak sampe selesai karena udah keburu nikah, tapi saya cukup tersentuh mendengar suara bapak saya mencoba meyakinkan saya agar pantang menyerah. Nah dari cerita perjuangan itu juga, saya diberikan pelajaran bahwa semua itu ada waktunya, kita tinggal berjuang keras dan berdoa tentunya agar dapat diberikan keindahan waktu tersebut. Percaya aja bahwa Sang Pencipta, Allah SWT sebaik-baik perencana. Takdir Allah SWT itu pasti lebih baik. Hanya Allah SWT tempat bersandar dan berserah diri. DIA Yang Maha Mengetahui apa-apa yang tidak hambaNya ketahui. Allah SWT tahu apa yang terbaik bagi hambaNya.

Saya sering mendapat masalah, masalah dan masalah. Tiada habisnya menerjang. Pernah saya berpikir untuk menyerah. Tapi tidak jadi saya lakukan. Karena saya tahu impian saya, saya mengerti potensi saya, dan saya sadar siapa saya yang sebenarnya. Saya adalah apa yang saya pikirkan. Jadi saya harus tetap berdiri. Jika saja saya takut gagal, itu sama saja saya tak ingin menggapai kesuksesan. Saya harus tetap melangkah tak kenal lelah walaupun banyak tantangan yang dihadapi. Saya yakin bahawa saya tak sendiri. Ada lebih dari 600.000an pelajar yang senasib dengan saya tentunya. Saya harus selalu bersabar, karena kegagalan yang menimpa kita sebaiknya dimaknai sebagai suatu ujian untuk mencapai level yang lebih tinggi. Karena memang ini kan judulnya peralihan dari masa sekolah ke kuliah, dan dari masa pelajar ke mahasiswa. Jadi wajar aja ujiannya gak sembarangan. Disaat kalian jatuh dan putus asa. Ikhlaskan saja dan coba lagi di lain kesempatan. Ingatlah selalu kata-kata 'indah pada waktunya'. Gagal itu hal biasa, bukan akhir segalanya. Itu merupakan awal cerita indah.

Setelah dirasakan dengan cermat. Sebenarnya kegagalan itu hanya akan berguna, jika setelah gagal itu ada suatu pencapaian yang lebih tinggi yang bisa diraih. Jika tidak, maka kejatuhan itu akan menjadi sia-sia. Karena itulah kemampuan kita untuk bersabar dan menikmati saat-saat gagal sangat diperlukan. Sebagaimana saya merayakan kegagalan seperti tempo hari. Karena, ada waktunya kegagalan itu terjadi diluar kemampuan manusia untuk mengatasinya. Tergantung dari cara kita menghadapi kegagalan tersebut. Nahh sebelum sisa umur kita habis, janganlah pernah menyerah. Jangan pernah lelah berlari menjemput masa depan yang telah menanti diujung sana. Jadikan kekalahan sebagai pengalaman untuk meraih kemenangan. Dan ingatlah bahwa semua akan indah pada waktunya!


Read More

Sabtu, 07 Juli 2018

Merayakan Kegagalan

Selamat malam sobat blogger.. Kali ini saya ingin bercerita sedikit tentang kegagalan yang baru saja saya terima. Dengan satu kata yang mengusik jiwa, yaitu 'maaf'. Kalau dihitung sejak saya bisa memahami kata-kata yang terlewat di telinga, wahh sudah tak terhitung berapa banyak jumlahnya. Ada yang hanya masuk kuping kiri lalu keluar lewat kuping kanan. Ada satu dua kata 'maaf' yang sesekali menusuk pikiran. Ada pula yang bahkan tertolak, masuk kuping kanan keluar kuping kanan. Itu semua merupakan penolakan yang lumrah terjadi di hidup saya. Dan kali ini kata 'maaf' tersebut dari event yang paling ditunggu oleh para pelajar di seluruh indonesia, yaitu SBMPTN!

Yak, saya tidak lulus ujian SBMPTN. Sedih gak? Yaa biasa aja si (Padahal langsung mengurung diri dari internet untuk menghindari pertanyaan 'gimana lulus gak?'). Yaa mau gimana lagi, semua kisah gak selalu berakhir senang. Saya memang belum beruntung kali ini. Tapi bagi saya kegagalan adalah hal biasa yang bisa dialami setiap orang dalam hidup. Benar tidak? Siapa orang yang merasa tak pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya satu kali pun? Saya yakin dan bisa memastikan bahwa tidak ada. Semua orang pasti pernah merasakan kegagalan. Baik itu dalam hal keluarga, kehidupan sosial, pekerjaan, atau percintaan. (?)



Nahh.. dalam menyikapi kegagalan, banyak yang orang salah jalan. Terlalu berlebihan bahkan menyebabkan terjadinya stres berkepanjangan. Kalau saya sih tidak seperti itu orangnya. Saya menerima apa adanya. Legowo lah istilahnya. Setelah tau bahwa saya gagal lagi, saya biasanya mencari hiburan. Hiburan emang cara yang paling tepat untuk menikmati kegagalan. Untuk kasus gagalnya lulus SBMPTN, saya menyempatkan diri ke mall untuk nonton film dan beli buku. Saya berangkat siang sekitar jam satuan. Nah kebetulan hari itu adalah hari perdana penayangan film Ant-Man and The Wasp. Tanpa basa basi langsung dah saya pesen tiket. Ehh karena waktu itu hari pertama saya sampe kehabisan tiket untuk yang jam 14. 15 akhirnya saya dapet yang jam 16.15 yaa lumayan dah daripada gak dapet lagi. Sambil menunggu waktu sekitar satu jam, saya ke toko buku dulu. Lihat-lihat siapa tau ada buku yang menarik untuk dibaca.

  


Setelah mengelilingi toko buku sekitar setengah jam, saya menemukan buku yang sangat pas bagi saya yang baru saja merasakan kegagalan untuk kesekian kalinya. Yaitu buku #BeraniBeda dan #BeraniGagal punyanya Si Juki. Karakter komik favorit saya. Sedikit bercerita, saya masih inget waktu itu kenal dengan Si Juki saat masih SMP pada waktu Twitter masih berkuasa, sekitar tahun 2013 an. Saat itu saya sudah tertarik dengan karakter Si Juki karena dia itu nyentrik dan pemikirannya yang absurd dan Anti-Mainstream. Tapi saat itu saya belum mau baca komiknya. Sekian lama saya mengikuti media sosialnya si juki, saya belum pernah beli satupun bukunya. Sungguh terlalu ya.. (jangan ditiru ya sob). Nah ini pertama kalinya saya nekat memberanikan diri untuk beli karyanya. yaa walaupun telat karena ini buku lama, daripada gak sama sekali kan? Itung-itung sebagai bentuk apresiasi terhadap tokoh komik kebanggaan anak kos ini. Muehehe.. :D

Uhhh gak kerasa udah sejam di toko buku, ini waktunya saya untuk kembali ke bioskop karena filmnya akan segera dimulai. Dannnn Waww... Film ini berhasil menghibur saya dari awal sampai akhir dengan berbagai kejutan yang kocak, keren, dan cukup emosional. Film komedi terbaik di MCU setelah Thor Ragnarok bagi saya. Bisa dibilang sekitar 70% film nya berisi komedi. Tak ketinggalan juga aksi Luis dan teman seperjuangannya (Dave dan Kurt) yang membentuk perusahaan keamanan gitu yang sampai saat itu belum memiliki pelanggan dan hampir bangkrut. Saya suka pengembangan karakter mereka begitu mantap. Sampe-sampe saya lupa bahwa saya baru saja menghadapi suatu kegagalan. Haha.. Inilah yang disebut dengan merayakan kegagalan seutuhnya. Menikmati hidup seperti seharusnya. Saya benar-benar puas hari itu.



Keesokan harinya, saya langsung tuh baca bukunya Si Juki yang kemarin dibeli. Saya coba abisin pada hari itu juga. Soalnya kocak banget nih tingkah laku Si Juki yang nyeleneh. Oh iyaa, nilai-nilai positif dalam buku ini selain soal kekocakkan Si Juki, juga terdapat banyak pesan. Khususnya di buku #BeraniGagal, yaitu pada dasarnya kita sebagai manusia jangan mudah menyerah dan tetap semangat dalam melakukan apapun. Kita harus bisa menghadapi kegagalan dengan bijak, mengenang suatu kegagalan tanpa ada air mata. Behh.. Pas banget apa yang sedang saya rasakan saat ini. Ngena banget. Menurut pemikiran Si Juki, hidup itu kayak boker. Memang enggak selalu lancar, tapi dengan ketekunan, kesabaran, dan sedikit ngeden pasti keluar juga. Nyeleneh kan? Tapi ada benernya juga kalo dipikir-pikir. Wahaha.. :D

Gak kerasa bukunya cepet banget abis dibaca semalem doang. Buku Si Juki edisi kali ini emang sangat menghibur, khususnya untuk yang sedang merasakan kegagalan. Mencoba menertawakan berbagai kegagalan yang pernah ia hadapi. Apalagi di bagian silsilah kegagalan, kocak abis sob.. :D Ada banyak celotehan segar yang mampu membuat saya tertawa puas sekali. Saya langsung dapet banyak inspirasi menulis, termasuk postingan ini. Ada juga beberapa sindiran terhadap kemajuan teknologi baru-baru ini. Namun, dari itu semua ada yang lebih penting yaitu pesan-pesan dalam menyikapi kegagalan. Ada pesan yang paling ngena sama kondisi saya saat ini yaitu
Untuk mencapai suatu tujuan, kadang kita harus menempuh jalan memutar. Kegagalan adalah salah satu di antaranya.

Behh.. Mantap kali nih kata-kata. Sepertinya, beragam pesan ini berusaha disampaikan Si Juki untuk generasi muda jaman sekarang (termasuk saya) agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kegagalan. Saya akhirnya bisa menyadari bahwa sebenarnya kegagalan merupakan suatu fase dimana setiap orang pasti akan mengalaminya. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kegagalan adalah pelajaran dan kesempatan untuk belajar lebih giat lagi. 

Tak peduli berapa kali saya menghadapi gagal, yang terpenting saat ini adalah bangkit lagi setelah mengalami kegagalan. Dan sebenarnya setelah saya telusuri lebih lanjut, ada satu hal selain tekad yang bulat dan keberanian yang tangguh saat menghadapi kegagalan dan kesanggupan untuk bangkit kembali setelah jatuh. Hmm.. Apakah itu? Satu kata yaitu, menikmatinya. Yak itu benar, kemampuan untuk menikmati saat-saat gagal. Merayakan adalah salah satu cara untuk menikmatinya. Karena Kegagalan adalah risiko dari setiap upaya menuju kesuksesan. Seorang Master Jedi pernah berkata bahwa, ..... Guru terbaik ialah kegagalan. Saya jadi semakin yakin akan hal itu. Kalau keberhasilan bisa kita sambut dengan rasa gembira, maka gagal juga harus kita terima dengan rasa sabar dan syukur. Nikmati saja kegagalan itu.
Kegagalan adalah perayaan, menyadari bahwa kita masih punya banyak kesempatan. Rayakanlah kegagalan, rayakan proses menggapai impian.
- Si Juki



Sekian cerita kegagalan dari saya, terima kasih telah membaca!
Read More

Kamis, 14 Juni 2018

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah hirobbil'alamin... Akhirnya kita semua bisa merasakan lagi suasana lebaran tahun ini. Sungguh ini merupakan suatu pencapaian dan kemenangan bagi kita. Untuk menyambut hari kemenangan ini marilah kita saling memaafkan. Mohon maaf apabila kata-kata saya telah banyak menyakiti. Perbuatan saya telah banyak melukai hati kalian. Berbuat khilaf adalah sifat manusia. Meminta maaf adalah kewajiban manusia. Dan kembalinya Fitrah adalah tujuan manusia.


Semoga coretan kata yang saya tulis kali ini mampu menjadi jembatan di hari yang penuh dengan kemenangan. Semoga di hari raya ini, kita semua sudah dihapus dosa-dosa yang telah lalu. Akhir kata saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H, Taqobbalallahu minna wa minkum shiyaamanaa wa shiyaamakum Wataqobbal ya kariim Ja'alnallahu minal aidin walfaizin. Mohon maaf lahir dan batin sob!


Read More

Rabu, 06 Juni 2018

Bosan Tidur Lagi

Aku sadar. Dengan tidur seharian, tak akan bisa menyelesaikan masalah apa pun. Yang ada hanya memperpanjang masalahku tuk dapat diselesaikan. Tentu saja aku tak ingin terus berlama-lama terlelap dalam kegelapan. Aku ingin bebas dari derita yang membelenggu hati ini. Aku sudah muak sebagai manusia hanya memikirkan kenikmatan sesaat. Kesenangan dunia yang tak terbatas hanya membuatku berpaling dari tujuan utama. Aku jadi tak bisa bermimpi lagi karena sudah menghabiskan waktu terlalu banyak tuk sesuatu yang kurang berfaedah.

Setiap aku ingin tidur, entah kenapa mataku ini tak bisa terpejam, selalu saja terbayang-bayang kesalahan terbesarku. Menyesali diri sendiri karena terlalu lama tenggelam dalam kegelapan. Padahal aku sudah mengerti sepenuhnya bahwa kegelapan ini hanya akan menyeretku ke dalam jurang kenistaan. Menciptakan luka batin yang sangat berbekas. Luka batin yang berpotensi menimbulkan dendam. Jika aku biarkan terus menumpuk, dapat berujung pada tindakan yang berbahaya. Aku tak ingin bila itu sampai terjadi. Keyakinan pun dipertanyakan, kemana kau pergi? Aku disini sedang tersiksa dengan diriku sendiri.


Sekarang aku hanyalah seorang pendosa hebat yang tak fokus pada masa depan yang telah dicanangkan sebelumnya. Dulu aku sangat bersemangat untuk menjemput masa depan karena aku tau bahwa jalanku sama dengan jalanmu. Tapi kini, kau salah satu alasan kenapa aku ikut terperosok ke dalam dunia hitam ini. Kau hanya bermain-main dengan keberuntunganmu. Membuatku tak bergairah lagi menghadapi tantangan. Waktu seakan tak berjalan. Menimbulkan angan-angan dan penderitaan yang semakin menjadi-jadi. Merobek malamku yang kosong. Merusak apa yang telah dibangun dan menyisakan pondasinya saja. Yang berarti aku harus memulainya lagi dari awal. Awal yang benar-benar baru, tanpa ada ikatan dari masa lalu.


Kini aku butuh waktu tuk sendiri. Sendiri untuk memperbaiki diri. Untuk berdamai dengan masa lalu. Berdamai dengan musuh sejati. Dan berdamai dengan.... (sangat jujur aku katakan bahwa dari awal perjalanan menjemput masa depan, ada sesuatu yang menjauh. Selama ini di dalam benak terdalam ku, secara tak sadar aku telah menjauhkan diri dari Sang Pencipta. Maka dari itu yang utama dan yang harus diutamakan adalah.....)  Sang Pencipta. Agar aku tak semakin terjerat dalam godaan semu. Yang mengakibatkan diriku ini tak bisa merasakan kenikmatan hidup yang sebenarnya. Aku butuh tindakan nyata untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Aku ingin sekali ada perubahan besar dalam perjalanan hidupku yang singkat ini. Aku ingin suatu saat nanti, diriku bisa bangun dengan tekad yang kuat dan pergi tidur dengan kepuasan yang luar biasa.


Read More

Kamis, 24 Mei 2018

Delapan Belas Tahun

Selamat malam sobat blogger..! Kalau dirasa-rasa, sepertinya baru kemarin saya merasakan hari kesejahteraan sebagai manusia yang berusia 17 tahun. Ehh.. sekarang sudah datang lagi usia baru. Seperti halnya pergantian tahun, selalu ada harapan untuk dapat menyelesaikan setiap tantangan yang sudah siap menghadang. Maka dari itu harus ada semacam evaluasi diri untuk dapat mengukur, sejauh manakah saya mampu mempergunakan usia kemarin hingga tiba saatnya hari jadi ini datang.

Yak, Hari ini saya berusia 18 tahun. Usia yang telah memasuki tahap remaja akhir, yang berarti saya harus siap dengan segala kenyataan hidup yang sebenarnya. Usia yang tak lagi tercipta sebuah karakter yang dibentuk oleh orang tua, melainkan harus menciptakan sebuah karakter baru dengan segala kesadaran diri sepenuhnya. Tentunya juga tidak meninggalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diajarkan oleh orang tua saya sejak dini. Bisa dibilang ini merupakan masa transisi menuju pendewasaan yang sebenarnya. Dewasa pastinya identik dengan kemandirian, kematangan berpikir, mampu mengambil keputusan, dan lain sebagainya. Nah.. Maka dari itu di usia saya yang baru ini, saya ingin sedikit mengulas perjalanan selama setahun kebelakang yang cukup memberatkan jiwa dan raga saya.

18


Jika ditanya, apakah ultah ke 17 tahun lalu adalah ultah paling berkesan, saya akan menjawab tidak. Ultah saya yang ke 17 bukan seperti di sinetron atau film bioskop. Biasa saja, tidak meriah tidak pula sepi. Hanya syukuran kecil-kecilan, yaa segitu juga udah alhamdulillah. Untuk apa perayaan besar-besaran yang bertajuk 'Sweet seventeen'? Nyatanya saya masih seperti ini. Belum ada perubahan yang signifikan. Bahkan saya rasa, lebih buruk dari tahun sebelumnya. Sungguh saya sangat merugi. Mungkin hanya di awal doang saya bisa benar-benar menikmati usia 17. Beberapa bulan setelahnya... Wahh.. Gak tau lagi saya harus mendefinisikan dengan kata apa tentang hari-hari buruk yang telah menimpa saya. Terlalu banyak penderitaan yang saya rasakan dibanding kesenangan sebagaimana kebanyakan remaja di luar sana.

Selain itu saya pun sempat mengalami tekanan yang luar biasa, tapi anehnya saya tak pernah berani bersuara. Saya memilih diam dan mencoba tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi saat itu. Saya hanya terus berdoa dan berusaha mengatasi kesulitan ini sendiri. Kalau masih berat juga, sekali-kali saya post di blog tuk mengurangi beban di pundak ini. Saya yakin semua cobaan ini pasti selalu ada jalan keluar. Saya tetap memberanikan diri untuk terus berjalan menapaki hari-hari dengan penuh ketegaran. Saya terus berpikiran bahwa semua akan baik-baik saja. Dannn ya.. Alhamdulillah.. akhirnya saya bisa juga menyelesaikan apa yang telah saya mulai.


Karena teman dekat saya tak seberapa dan kebanyakan perempuan, jadi saya seringnya sendirian. Otomatis saya punya banyak waktu merenung setiap harinya. Merenung itu perlu, sebagai sarana introspeksi diri sendiri. Merenungi penderitaan saya, dosa-dosa saya, bahkan sampai masa depan. Untuk kondisi saat ini, saya selalu merenungkan apa yang telah saya lakukan selama 17 tahun kemarin. Saya sudah sadar, saya terlalu banyak menyia-nyiakan waktu. Selama ini, mungkin amal saya masih bisa dihitung dengan jari. Namun, dosa saya sudah tak bisa lagi dihitung. Tak ada yang bisa saya banggakan dari ketimpangan tersebut. Saya selalu gelisah kalau sedang menginjak tanggal ini. Dimana umur saya terus berkurang dan saya belum mampu membuat perubahan besar.

Setelah dipikirkan kembali, memang saya masih belum bisa memenuhi seluruh tahapan menjadi dewasa yang seutuhnya. Selama setahun ini saya hanya menghabiskan waktu dengan berputar-putar mengelilingi sesuatu yang tak pasti. Yaa walau begitu, di usia yang baru datang ini, Saya berharap semoga keteguhan iman selalu melekat di setiap langkah perjalanan hidup saya, agar saya tak salah arah lagi dalam menentukan masa depan. Karena mulai sekarang, saya sudah dituntut untuk bersungguh-sungguh belajar lebih serius tentang arti sebuah kehidupan.



24 Mei 2018


Sekian.


Read More

Minggu, 13 Mei 2018

Akhir untuk Awal yang baru

Yak hari ini adalah hari baru! Hari ini adalah awal dari masa depan! Langkah awal menemukan jati diri! Saya tidak menyangka bahwa hari ini akan datang juga. Saya telah sampai pada akhir dari sebuah perjalanan sekolah. Ketika hari terus berganti menjadi pasti, setiap kelulusan pasti selalu ada perpisahan, baru saja kemarin saya melaksanakan wisuda SMK. Akhirnya saya sudah menyelesaikan apa yang telah saya mulai walau itu berat. Bagi saya, akhir perjalanan sekolah ini adalah awal sebuah perjalanan yang lebih besar. Sedikit perasaan sedih karena status sebagai seorang pelajar kini telah hilang dari diri saya. Saya sudah melaksanakan wajib belajar selama 12 tahun lamanya. Serasa baru kemarin masuk SD, ehh sekarang udah lulus SMK aja. Memang waktu itu sangat cepat berlalu jika kita fokus pada masa depan.



Satu per satu teman disekitar saya mulai pergi. Mereka sudah mulai menapaki masa depan yang sudah terlihat. Pada dasarnya memang kita semua berpisah, namun perpisahan ini adalah awal dari kita menjalani kehidupan yang lebih luas. Merasakan dunia yang lebih nyata. Tak ada seorang pun yang bisa memutar waktu kembali dan memulai awal yang baru. Yang tersisa hanyalah ingatan segar di kepala. Kenangan buruk, kenangan indah, pengalaman baik, pengalaman buruk, semua dilalui dengan berbagai kejutan.

Setelah itu, apalagi yang tersisa? Akhirnya yang tersisa hanyalah Sang Pencipta, Yang awal dan Yang akhir. Dialah Allah SWT. Tuhan semesta alam. Allah lah yang menakdirkan setiap pertemuan kita ini. Dan Allah juga lah yang pada akhirnya menakdirkan perpisahan. Perpisahan dengan berbagai macam teman. Dari yang kita suka, yang kita kagumi, yang kita benci, bahkan perpisahan dengan orang-orang yang biasa aja kesannya dalam hidup kita, hanya sebatas figuran saja. Semoga Allah SWT mempertemukan kembali kita di lain kesempatan. Atau bisa jadi kemarin adalah perjumpaan terakhir sampai akhirnya kita tak akan pernah bertemu lagi. Yaa siapa yang tau? Tak ada yang benar-benar pasti di dunia ini kecuali ketetapan-Nya.

Sekali lagi, semua kisah pasti memiliki akhir. Namun dalam hidup, semua akhir adalah merupakan awal yang baru. Seperti halnya malam yang gelap selalu berakhir dengan fajar yang terang. Seperti kata pepatah lama, habis gelap terbitlah terang. Bersyukurlah kepada Sang Pencipta atas setiap peristiwa indah dalam hidup kita ini. Lagi pula, kebanyakan orang sukses terkadang bisa mengakhiri masa lalunya yang suram menjadi masa depan yang gemilang karena mereka selalu mempunyai kesempatan. Ingatlah bahwa hidup itu cuma sekali. Tapi momen bisa datang berkali-kali. Dan yang membuat hidup berwarna adalah kesempatan yang kita jalani. Pengalaman kejatuhan setiap orang tidak selalu sama namun yang membuat kita selalu bangkit adalah semangat pantang menyerah. Jangan lelah untuk berharap, karena harapan adalah motivasi bagi diri sendiri. Usaha dan perjuangan akan selalu membuahkan hasil. Marilah menuju kemenangan.


Source image

Dannnn ya... Saya tegaskan lagi bahwa Lulus SMK ini ternyata bukan akhir segalanya. Masih ada jenjang sekolah tinggi dibangku perkuliahan, atau mungkin persaingan di dunia kerja, bahkan persaingan keras kehidupan mulai semakin jelas di depan mata. Kita semua harus mempersiapkan itu. Seseorang pernah berkata..
"Esensinya 'akhir' adalah sebuah awal yang baru. Tidak ada yang perlu disesali dari 'sebuah akhir', kecuali kalau kau mengakhirinya dengan cara yang salah, di waktu yang salah."
-Devania Annesya

Mungkin saja, bukan hanya saya yang setuju dengan pemikiran seperti itu. Entahlah, yang pasti perpisahan itu pasti terjadi. Langkah kehidupan baru akan saya jalani dan juga teman-teman yang baru saja lulus. Saya berharap ini bukan akhir yang sebenarnya. Tapi inilah awal yang sebenarnya dalam kehidupan yang kita jalani. Hari ini dan seterusnya adalah dunia yang sebenarnya!


Read More

Minggu, 08 April 2018

Tentang Putih Abu-Abu Bagian 2

Dua minggu yang sangat bersejarah. Pertama pada tanggal 27 maret kemarin, Pak Manito selaku kepala sekolah saya telah habis masa jabatannya dari kursi orang nomor satu di SMK Pengkolan. Banyak warga sekolah yang berencana merayakan pelepasan kepala sekolah yang selalu bersemangat ini. Jadilah itu hari selasa warga sekolah melaksanakan upacara terakhir yang dikhususkan untuk Pak Manito. Saya pun ikut sedih mengikutinya. Walau bagaimana pun, beliau adalah kepala sekolah saya selama tiga tahun menapaki langkah di masa putih abu-abu ini. Bagi saya beliau adalah figur pemimpin terbaik diantara kepada sekolah yang lain selama saya melaksanakan wajib belajar 12 tahun terakhir ini.

pak-manito-lengser.jpg


Selamat jalan kepala sekolahku, semoga di tempat tugas yang baru kau tetap semangat membangun negeri. Kesedihan kami hari ini adalah melihat perpisahan dengan sosok kepala sekolah terhebat yang pernah kami kenal. Terima kasih atas dedikasinya dalam mendidik generasi penerus bangsa. Kami tak akan pernah melupakan jasamu.

ilustrasi-ujian-nasional.jpg


Yang kedua adalah Ujian Nasional (UN) pada tanggal 2 - 5 April. Sebuah tahap yang pasti dilalui oleh setiap murid. Saya melaksanakan Ujian ini untuk yang terakhir kalinya, rasanya antara pasrah dan senang. Saya kira saya tak akan lagi menghadapi UN karena sempat ada isu bahwa UN akan dihapuskan, tapi ternyata itu semua hanyalah wacana. Memang UN ini adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada dunia pendidikan yang disesuaikan dengan standar pencapaian hasil secara serentak dan nasional. Beberapa teman ada yang histeris dan panik menghadapi UN. Entah itu karena belum siap secara fisik dan mental, atau takut nilainya jelek yang mengakibatkan susahnya mencari pekerjaan (bagi yang ingin langsung kerja). Kalau saya sih sudah pasrah aja bawaannya. Berserah diri kepada Sang Pencipta agar dilancarkan dalam proses pengerjaannya.

Ada yang menganggap ini adalah bagian akhir perjalanan sekolah, ada pula yang menganggap ini adalah awal dari masa depan. Terserah mau berpendapat seperti apa, itu merupakan hak kalian. Tapi yang jelas disini saya ingin menekankan bahwa berakhirnya masa sekolah yang ditandai dengan pelaksanaan UN ini bukanlah akhir dari yang namanya belajar. Dikutip dari Kompasiana, Sebuah ungkapan Latin mengatakan seperti ini, “Non Scolae Sed Vitae Discimus” yang artinya kurang lebih: “Kita belajar bukan hanya untuk sekolah, melainkan untuk Hidup”.

Belajar sangatlah penting untuk kelangsungan hidup manusia terutama untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Belajar bukanlah semata-mata pergi kesekolah menuntut ilmu dan nilai hingga lulus dan mendapatkan pekerjaan. Sekolah dan pendidikan formal hanyalah sarana dan syarat untuk menapaki jenjang pendidikan yang sudah diatur oleh Undang-Undang. Agar sebuah generasi yang ditamatkan memiliki syarat untuk bekerja atau kembali belajar ke jenjang yang lebih tinggi.

Belajar dapat diartikan adalah sesuatu yang telah kita lakukan dari waktu lahir kedunia. Ketika masih kecil kita belajar langkah demi langkah untuk dapat berbicara, berjalan dan sebagainya. Itu sudah merupakan suatu kegiatan belajar. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa belajar merupakan sesuatu yang sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia. Jadi belajar itu adalah proses panjang yang tidak pernah berhenti.

Saya masih ingat jelas yel-yel dari Pak Minato yang sering digunakan selama dia menjabat yaitu "Tiada hari tanpa belajar!" Dan yaa memang benar itu. Walaupun saya sudah lulus, proses belajar itu masih harus terus dilakukan. Karena belajar gak hanya di kelas, tapi di kehidupan nyata pun kita harus tetap belajar. Saat ini saya benar-benar menerapkan slogan tersebut.


tentang-putih-abu-abu-bagian-2.jpg


Berbicara tentang belajar, saat ini saya punya lebih banyak waktu luang untuk belajar lebih giat. Ya itu benar, saya walaupun sudah selesai masa sekolahnya masih terus belajar. Bagi saya, tahap terakhir dari ritual wajib kelulusan ini (baca: UN) akan menjadi awal bagi perjalanan lainnya. Perjalanan baru yang penuh dengan tantangan yang lebih besar. Karena di saat yang bersamaan saya sedang belajar untuk persiapan SBMPTN. Banyak yang bilang SBMPTN itu lebih sulit daripada UN. Maka dari itu saya mengakalinya dengan fokus belajar SBMPTN daripada UN. 


Saya sadar diri bahwa tidak ada sesuatu yang instan. Termasuk dalam menghadapi ujian SBMPTN yang tinggal hitungan hari lagi. Saya terus belajar disaat yang lain sudah terlena dengan kebebasan setelah UN. Karena sudah terlalu lama saya tidak lagi merasakan kesenangan dalam belajar dan bekerja sama halnya seperti ketika saya membaca dan menulis. Tak bisa digambarkan lagi betapa merasa stresnya saya atas hal-hal tersebut.

Banyaknya materi yang tertinggal membuat saya tak bisa santai menjalani hari. Karena saya telah menyadari bahwa setiap ilmu itu terhubung satu sama lain. Contohnya saja saat kita lulus SMP lalu ke SMA. Saat di kelas 7, banyak pelajaran di SMP yang diulang kembali di SMA. Jika kita menyia-nyiakan sekolah, bukan tidak mungkin kita akan kesulitan untuk menyesuaikan materi baru yang diajarkan. Dan sialnya, itu adalah kesalahan yang pernah saya lakukan, yaitu menyia-nyiakan masa sekolah. Saya sangat menyesalinya. Namun, pada akhirnya saya sendirilah yang harus menentukan apakah saya akan terlena dengan situasi ketertinggalan ini atau bisa kembali fokus pada misi utama, yaitu SBMPTN. Doakan saya ya sob. Semoga bulan depan saya bisa mengerjakan soal ujian SBMPTN dengan baik. Aamiin..


Read More

Minggu, 18 Maret 2018

Hampir menyerah

Jalan kebenaran mulai menjauh. Saya sudah berjalan jutaan langkah. Tapi karena masih ragu, saya pun kembali jatuh. Hingga hampir ke titik paling rendah, yaitu menyerah. Yaak.. Saya hampir menyerah. Tuk sesuatu yang dulu membuat saya berdiri tegak penuh semangat menjemput masa depan. Semakin banyaknya tantangan yang menghadang, membuat otak saya menjerit. Tak ada ruang untuk berpikir. Setiap hari bangun dengan memikirkan masalah yang sama. Pergolakan hati dan pikiran tak dapat dihindari. Dengan emosi yang tak terarah. Ingin rasanya saya istirahat sejenak. Tapi ternyata tak bisa. Untuk kondisi seperti ini, rasanya tak ada waktu buat istirahat. Setiap hari selalu aja ada yang menusuk pikiran. Saya lelah untuk bersembunyi dari setiap rasa sakit yang sudah menumpuk tanpa ada satupun penenang.


Arrrgghh.. Saya terlalu bodoh! Saya mungkin  terlalu bodoh, masa cuma karena cobaan ini saya menyerah? Padahal dari dulu saya selalu mencoba tuk menjadi orang yang kuat. Tapi mengapa semakin saya terus mencoba, semakin banyak luka yang saya rasakan. Ingin rasanya saya mengucapkan kata 'menyerah'. Tapi sulit sekali. Setiap ingin mengucapkan kata itu, saya selalu ingat perjuangan besar orang tua saya yang tak pernah lelah dan tak pernah menyerah dengan keadaan. Saya tau saya sudah lelah, dan masih saja saya paksakan diri ini dalam tekanan. Tapi apa boleh buat, saya tak ada pilihan selain menjalaninya. Walau sangat berat dan sakit, harus saya tahan. karena akan lebih banyak penderitaan yang lebih hebat kalau saya memilih untuk menyerah. 


Dalam keadaan terpuruk ini. Saya mencoba tuk bangun perlahan. Karena hanya tinggal dua langkah besar lagi yang harus saya lakukan tuk mengakhiri masa sulit ini. Saya tak boleh menganggap bahwa hidup ini sebagai sebuah rangkaian penderitaan. Saya harus optimis, saya harus berdoa dan berusaha mengatasi kesulitan ini. Saya tak akan pernah menyerah kepada apapun yang menghalangi saya untuk maju. Saya yakin pasti bisa. Saya tak ingin terlihat lemah di depan para teman perempuan saya. Saya harus tetap berdiri dan tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi paling buruk sekalipun. Seburuk-buruknya masalah ini, saya harus bisa bangkit dan pantang menyerah dalam menjalani hidup. Karena  segala sesuatu harus dijalani sebagaimana mestinya. Semua sudah diatur dan berjalan sesuai dengan jalurnya. Jika saya keluar dari jalur, pasti ada konsekuensi yang harus diterima. Ini semua demi sebuah harga diri yang lebih baik di masa depan. 

Read More

Sabtu, 17 Februari 2018

Dalam Tekanan

Saya dihadapkan pada suatu situasi yang saya pikir, sulit tuk mencari jalan keluarnya. Saya merasa sekarang adalah puncak dari hari-hari buruk yang telah dilalui. Puncak dari segala rasa sakit saya. Sebuah awan hitam yang menggantung tepat di atas kepala saya. Menutup cahaya harapan yang setiap hari menyinari raga ini. Membuat saya menjadi lesu menjalani rutinitas. Saya selalu menghabiskan waktu seharian dengan penyesalan, sambil meratapi penderitaan. Dan Menghabiskan malam dengan lamunan yang entah kenapa berujung dengan penyesalan, sampai terus terjaga hingga dini hari. Setelah itu baru dah teringat akan kematian. Sebuah rasa dingin yang bisa masuk ke dasar hati, yang setiap saat dapat menghampiri saya tanpa izin. Saya belum siap menghadapi itu semua, karena masih banyak mimpi dan harapan yang belum terwujud hingga saat ini. 



Saya teramat sangat kesal dengan diri saya. Masa akhir kelas dua belas ini tak hanya dihabiskan dengan mengikuti berbagai ritual wajib kelulusan tapi juga dengan menyalahkan diri sendiri. Dulu saya termasuk siswa yang tergolong cukup pintar apalagi saat SD. Tapi setelah masuk SMK, tepatnya saat kelas sebelas sehabis PKL, kemampuan saya langsung terjun bebas. Contoh kecilnya yaitu, saya sering mengalami blank dalam ulangan. Padahal hari sebelumnya saya sudah mempersiapkan semuanya dengan baik. Entah kenapa, semacam ada penurunan kemampuan akademik saya. Sampai sekarang semester akhir, saya rasanya semakin kehilangan minat akan sesuatu yang dulu bikin saya sangat antusias menyambutnya, yaitu jurusan akuntansi. Dulu saat awal-awal saya cukup menyukainya. Setiap materi itu kesannya seru dan menantang. Dan karena cowoknya dikit, jadi saya merasa keren banget bisa menguasai materi akuntansi. Tapi sekarang tinggal angan-angan. Saya merasa gagal dalam menjalani rutinitas kehidupan ini. Banyaknya orang yang merusak dan merendahkan diri saya membuat saya merasa terpuruk dalam penderitaan. Dan saya berkali-berkali berpikir tentang akhir. Hidup terasa gelap tanpa ada cahaya sedikitpun. Ingin menyelesaikan secepatnya apa yang telah saya mulai. Saya mengalami tekanan yang luar biasa. 


Ada saat-saat dimana saya duduk sendiri di dalam kamar. Merenungi nasib buruk yang sedang menimpa saya, hingga tengah malam sambil menangis dalam hati. Saya tidak tahu apa yang salah dengan saya. Terkadang saya merasa telah menjadi lebih baik di satu hari, dan entah kenapa merasa benar-benar hancur keesokan harinya. Inilah gejolak batin yang terus menerus mengiris hari-hari saya. Walau saya terus melawan, tetap saja kalah. Saya kecewa terhadap diri saya sendiri. Saya mencoba tuk mengontrol rasa sakit dengan kata-kata dan pemikiran. Semampunya. Tapi itu belum cukup tuk membendung beban emosional saya. Bisa dibilang tekanan yang sedang melanda hidup saya ini muncul atas ketidaksanggupan jiwa menghadapi situasi yang belum bisa saya terima seutuhnya. Rasanya saya ingin keluar, tapi dari apa? Bukankah sudah terlambat? 

Hmm.. 

Read More

Minggu, 04 Februari 2018

Duri Dalam Daging

Ketika seluruh dunia menjauh dariku.


Ketika sudah hancur tapi tetap harus melangkah.


Ketika aku harus berjuang sendirian.





Lima tahun yang lalu aku memang masih naif melihat dunia, tapi sekarang aku sudah paham betul bagaimana dunia ini berjalan. Sungguh berbeda dengan apa yang selama ini aku bayangkan. Diawali dengan ketidaksukaan ku terhadap lingkungan yang semakin hari semakin beracun, aku melihat bahwa masa depan tak selamanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Terkadang ada beberapa hal yang harus diubah sedikit dari rencana semula. Siap gak siap aku harus bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

Ada satu hal yang selalu terpikir dalam benakku saat ini apakah aku harus takut terhadapnya atau tidak. Satu hal tersebut adalah tersesat. Sepertinya ada benih rasa takut dalam pikiranku jika sampai aku tersesat. Melenceng dari "jalan yang lurus". Karena aku merasa semakin hari semakin menjauh dari jalan kebenaran. Hampir setiap hari aku menuliskan cita-cita dan harapan agar bisa menjadi termotivasi. Namun motivasi tetap lah motivasi. kejenuhan hati dan kebutaan akan kenyataan yang ada membuatku tak pernah merasa tenang. Aku terjebak dalam krisis realitas. Gelisah diri ini memahami makna hidup yang terus dicari namun belum terlihat sedikit pun tanda-tandanya. 


mind-confused.jpg

Aku hanya ingin ditanya apakah aku baik-baik saja atau tidak. Aku ingin agar orang-orang tahu betapa tersiksanya aku dibalik topeng yang selalu aku tampilkan. Aku ingin mendapat perhatian orang lain. Perhatian yang benar-benar berhati. Tak hanya sekedar ingin tau saja. Tapi sepertinya itu hanyalah angan-angan. Tak ada yang benar-benar peduli dengan hal psikis seperti ini. Bisa-bisa aku dianggap kurang iman lagi. Hingga kini tak ada seorang pun yang tahu, bahkan ibuku. Aku terlalu malu pada diriku sendiri.


Mungkin sudah hakekat jalanku meraba dalam gelap. Meratapi nasib buruk ini sendirian tanpa adanya cahaya harapan. Berlari bersama lamunan malam. Menghimpun sisa tenaga. Berusaha untuk tetap bertahan di tengah ketidakberdayaan diri. Terus berupaya mencari jalan keluar, walau banyak duri yang menancap, tetap kulalui. Teman pun seolah lari menjauh. Kini tinggal aku sendiri. Mencoba bangkit dari keterpurukan, meski jatuh, bangkit dan jatuh lagi. Keadaan seperti ini, cukup lama aku rasakan..





Aku menderita.


Aku ingin bebas dari derita ini.
Aku tahu apa yang harus kulakukan,...


" ...tapi aku tak punya kekuatan untuk melakukannya."  


Maukah kalian membantuku?



Read More

Minggu, 14 Januari 2018

Tentang Putih Abu-Abu

Selamat malam sobat blogger.. Alhamdulillah awal bulan kemarin saya baru saja melaksanakan pembagian rapot. Memang agak telat sih, seharusnya kan akhir tahun kemarin sehabis UAS. Berhubung para guru abis studi banding ke luar kota terus gak sempet ngurusin nilai UAS, jadinya diundur pas awal masuk sekolah ini. Gimana nilainya? Yaa kalo ditanya nilai mah lumayan dah.. Walau tak ada lagi yang spesial. Rapot yang katanya hasil kerja keras pelajar untuk satu semester, sekarang bagi saya hanyalah suatu barisan angka dan kesimpulan copas yang tersusun dengan sistematis. Dulu saya semenjak SD selalu antusias saat pembagian rapot. Ehh... saat mulai masuk SMK tepatnya saat kelas sebelas hingga sekarang rapot tak lagi menjadi suatu hal yang bisa dibanggakan. Setelah saya tau kenyataannya bahwa nilai di dalamnya hanyalah sekedar angka formalitas. Yang terkadang tanpa saya (atau bahkan KITA) sadari didapatkan dengan cara yang kurang jujur. Penuh dengan manipulasi dan tipuan. Itu bukanlah nilai yang sebenarnya. Sangat disayangkan sekali sekarang sekolah bukan lagi tempat dimana kejujuran ditanamkan pada muridnya. Terutama di jenjang yang lebih tinggi, seperti SMK ini. Saya sudah gak peduli lagi sebenarnya sama nilai rapot.

Tuntutan nilai yang tinggi dari sekolah inilah yang membuat kita mendapat tekanan yang berat, bahwa nilai yang didapat minimal harus KKM atau yaa syukur-syukur kalo bisa melampauinya. Karena pada dasarnya sistem pendidikan kita ini masih mengacu pada nilai. Kita berlomba-lomba melakukan segala hal tuk mendapatkan nilai yang bagus. Sekolah pun seakan mendukungnya agar menjadi sekolah terbaik atau favorit lah istilahnya dengan mengakumulasi nilai rapot muridnya. Jadi, bukan hal yang aneh jika murid yang kurang pintar pun bisa dapat nilai delapan keatas hampir di setiap mata pelajaran. Bukan hal yang aneh memang. Pemikiran seperti inilah yang tertanam sangat dalam pada diri kita sebagai pelajar. Bahwa yang dilihat itu adalah hasil akhirnya, bukan proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri. 

Menurut saya, guru yang paling berpengaruh dalam membantu saya mendapatkan ilmu adalah guru SD. Karena mereka lah orang yang sangat berjasa dalam memberikan ilmu yang benar-benar masih terasa manfaatnya hingga sekarang. Mereka lah yang pertama kali membantu saya memegang pensil untuk menulis yang baik. *Walaupun pada akhirnya saya belajar otodidak tuk menulis karena saya Kidal. :D Mereka juga lah yang memberikan saya dorongan agar berani berbuat benar dan membiasakan saya tuk selalu siap bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan. Mereka membimbing saya ke arah kebaikan. Dan akibatnya saya selalu menjadi yang teratas, paling nggak saya selalu masuk lima besar. Ini semua berkat ketulusan para guru SD. Saya tak pernah melupakan jasanya. Sekarang saya hanya ingin berterima kasih. Yang dulu tak pernah sempat tuk disampaikan karena ketidaksanggupan saya berkata, saya pikir mereka pun pastinya sudah paham ketika acara kelulusan melihat anak didik nya tersenyum bahagia seakan mengucapkan rasa terima kasih secara tidak langsung. 

Ohh yaa.. Berbicara tentang masa sekolah. Saya jadi terlintas di pikiran sedikit unek-unek tentang apa yang selama ini saya rasakan di masa putih abu-abu. Ini tentang suatu hal yang sebenarnya kurang penting juga sih, tapi sepertinya harus saya keluarkan segera agar tak menumpuk di otak saya seperti sampah. Yang bisa aja setiap saat mengubur pikiran ini ke dalam jurang yang bernama keputusasaan. Wah mengerikan bukan..? Okelah daripada kelamaan langsung aja disimak ya sob. Jadi begini ceritanya... 

tentang-putih-abu-abu.jpg

Ketika saya memutuskan untuk masuk SMK, secara otomatis saya harus mengerahkan seluruh tenaga, waktu, dan tentunya uang tuk fokus pada pilihan hidup yang telah ditetapkan ini. Tapi ada satu hal yang mengganjal, yaitu kenyamanan. Entah kenapa semakin lama saya semakin berkurang minatnya terhadap jurusan yang saya pilih. Saya merasa kurang nyaman dengan apa yang mereka perlakukan kepada saya. Teman, lingkungan sekolah, dan guru, semua sama saja. Mereka tak mengerti apa yang saya rasakan. Semakin lama saya menempuh jalan hidup ini, semakin banyak pula rasa sakit yang telah saya korbankan. 

Sudah lima semester saya menempuh pendidikan di jenjang SMK. Itu berarti ini adalah semester terakhir bagi saya dan saya akan segera menyelesaikan masa sekolah sekaligus masa wajib belajar selama 12 tahun. Ini adalah akhir perjalanan sekolah saya, tapi entah kenapa tak ada perasaan senang ataupun bahagia sama sekali. Yang ada hanyalah perasaan bersalah mengingat masa lalu yang terus menghantui. Hiks hiks hiks.. Sangat hampa rasanya saya menyudahi masa sekolah ini. Mungkinkah harus saya ratapi dalam-dalam semua perasaan aneh ini. Hmm.. Disetiap waktu pulang sekolah, terkadang saya melamun dan suka merasa sedih kalau melihat anak yang berseragam SMA. Saya sedih karena gak bisa benar-benar merasakan apa yang seharusnya terjadi di masa putih abu-abu ini. Di jenjang tertinggi wajib belajar selama 12 tahun ini. Yang katanya masa sekolah terindah. Yang katanya masa yang sulit untuk dilupakan. Yang katanya punya banyak kenangan. Yang katanya masa yang paling berkesan. Cihh.. Omong kosong! Sampe sekarang saya gak bisa menikmati kata-kata tersebut. Saya rasa sudah hampir TIDAK mungkin untuk saya bisa menikmati apa yang disebut dengan 'keindahan' tersebut. Saya merasa ada yang beda dengan kebanyakan orang diluar sana. Mereka terlihat sejahtera. Mereka kelihatannya hanya tahu tentang kesenangan semata. Dan lebih enaknya lagi yaitu dimudahkannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Mereka setidaknya sudah pernah mempelajari materi ipa/ips. Sedangkan saya sama sekali tidak. Saya benar-benar merasa 'buta' akan materi kuliah. Saya sedih sekali karena harus berjuang keras sendiri. :(

Kebanyakan 80% temen di kelas saya ingin langsung bekerja, 15% ada yang mau lanjut pendidikan tapi masih pada galau mau ngambil jurusan apa, sisanya ada belum menentukan pilihan mau dibawa kemana hidupnya setelah lulus sekolah nanti. Bilangnya,  liat aja nanti gimana... mengikuti arus yang entah kemana akan berlabuh. Kalau saya sih udah punya tujuan, yaitu mau lanjut pendidikan yang lebih tinggi. Saya juga sudah tau ngambil jurusan apa, tinggal eksekusinya nih yang agak susah. Karena saya harus menyeimbangkan antara ngejar materi SMK yang cukup memberatkan dan materi SMA tingkat lanjut yang ada di ujian SBMPTN. Jujur aja, materi SMK ini sangat menguras otak. Banyak tekanan sana sini untuk dapat menyelesaikannya sesuai target sebelum UKK (Ujian Kompetensi Keahlian) dilaksanakan. Saya bingung ingin membagi fokus kemana, saya ingin sekali ada seseorang yang dapat membimbing saya untuk mengajarkan materi SBMPTN ini. Tapi apa daya, tak ada satupun yang peduli. Emangnya gak punya temen yang SMA? Halahhh.. Boro-boro inget dengan saya. Mungkin mereka sudah melupakan saya, kelihatannya mereka udah sibuk dengan dunianya masing-masing. Kalau dikatakan sedih mah yaa sedih dah.. Gak tau lagi harus dijalani dengan apa agar saya bisa terus menatap masa depan. Semoga aja saya bisa kuat menghadapi kenyataan pahit ini. Hufftt.. 
Read More