Minggu, 18 Maret 2018

Hampir menyerah

Jalan kebenaran mulai menjauh. Saya sudah berjalan jutaan langkah. Tapi karena masih ragu, saya pun kembali jatuh. Hingga hampir ke titik paling rendah, yaitu menyerah. Yaak.. Saya hampir menyerah. Tuk sesuatu yang dulu membuat saya berdiri tegak penuh semangat menjemput masa depan. Semakin banyaknya tantangan yang menghadang, membuat otak saya menjerit. Tak ada ruang untuk berpikir. Setiap hari bangun dengan memikirkan masalah yang sama. Pergolakan hati dan pikiran tak dapat dihindari. Dengan emosi yang tak terarah. Ingin rasanya saya istirahat sejenak. Tapi ternyata tak bisa. Untuk kondisi seperti ini, rasanya tak ada waktu buat istirahat. Setiap hari selalu aja ada yang menusuk pikiran. Saya lelah untuk bersembunyi dari setiap rasa sakit yang sudah menumpuk tanpa ada satupun penenang.


Arrrgghh.. Saya terlalu bodoh! Saya mungkin  terlalu bodoh, masa cuma karena cobaan ini saya menyerah? Padahal dari dulu saya selalu mencoba tuk menjadi orang yang kuat. Tapi mengapa semakin saya terus mencoba, semakin banyak luka yang saya rasakan. Ingin rasanya saya mengucapkan kata 'menyerah'. Tapi sulit sekali. Setiap ingin mengucapkan kata itu, saya selalu ingat perjuangan besar orang tua saya yang tak pernah lelah dan tak pernah menyerah dengan keadaan. Saya tau saya sudah lelah, dan masih saja saya paksakan diri ini dalam tekanan. Tapi apa boleh buat, saya tak ada pilihan selain menjalaninya. Walau sangat berat dan sakit, harus saya tahan. karena akan lebih banyak penderitaan yang lebih hebat kalau saya memilih untuk menyerah. 


Dalam keadaan terpuruk ini. Saya mencoba tuk bangun perlahan. Karena hanya tinggal dua langkah besar lagi yang harus saya lakukan tuk mengakhiri masa sulit ini. Saya tak boleh menganggap bahwa hidup ini sebagai sebuah rangkaian penderitaan. Saya harus optimis, saya harus berdoa dan berusaha mengatasi kesulitan ini. Saya tak akan pernah menyerah kepada apapun yang menghalangi saya untuk maju. Saya yakin pasti bisa. Saya tak ingin terlihat lemah di depan para teman perempuan saya. Saya harus tetap berdiri dan tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi paling buruk sekalipun. Seburuk-buruknya masalah ini, saya harus bisa bangkit dan pantang menyerah dalam menjalani hidup. Karena  segala sesuatu harus dijalani sebagaimana mestinya. Semua sudah diatur dan berjalan sesuai dengan jalurnya. Jika saya keluar dari jalur, pasti ada konsekuensi yang harus diterima. Ini semua demi sebuah harga diri yang lebih baik di masa depan. 

Read More