Sabtu, 27 Mei 2017

17 Tahun

Selamat Malam sobat blogger. Rabu kemarin saya berulang tahun yang ke 17. Alhamdulillah teman-teman saya membantu merayakannya, dengan cara yang sederhana dan bermoral bagi saya. Untuk postingan kali ini saya bakal nyeritain tentang kesan pertama saya saat sudah resmi berusia 17 tahun. Awalnya saya berpikir saat saya ulang tahun yang ke 17 ini, kira-kira gak bakal seindah kenyataannya.

Di usia ini, yang katanya merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Saya menerima kenyataan bahwa ini adalah awal dari sebuah mimpi besar. Proses pendewasaan yang sudah memasuki tahap akhir. Saya selalu dituntut untuk lebih bisa berpikir dewasa, lebih mandiri serta matang dalam bersikap dan bertingkah laku. Membuat saya harus lebih banyak berfikir sebelum bertindak.

Di usia ini, tak jarang orang lain pada umumnya ketika memperingati hari jadinya yang ke 17, ada yang merayakannya dengan cara yang mereka anggap istimewa. Contohnya seperti mengadakan pesta gitu. Mengingat pada usia inilah seseorang akan memulai sebuah kehidupan yang diwarnai kebebasan. Tapi kalau saya si tidak. Saya sendiri lebih memilih untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan, meski tak semeriah yang lain. Sederhana dan penuh makna, bisa dikatakan itulah tema yang di usung dalam syukuran waktu itu.

Jadi ceritanya begini, di kelas saya kan ada teman yang tanggal lahir nya sama persis kayak saya. Nah dia mengadakan semacam acara syukuran gitu. Dia niat banget nih sampe bikin tumpengan segala.

Saya sebenarnya tidak mau merayakannya, karena saya pikir di usia ini sudah bukannya untuk bersenang-senang dan emang aslinya dari dulu saya gak pernah ngerayain. Ehh.. Berhubung si dia ini ngadain acara ini dengan penuh semangat, saya pun akhirnya diajak untuk ikut turut serta dalam syukuran tersebut.

Yaudah dah, akhirnya saya ikut berpartisipasi dalam acara itu. Dengan cara, ikut nambahin beli keperluan ini itu. Hmm.. Dalam hati sempat berkata, "ya gapapa kali ya sekali-kali ngadain syukuran. Lagian diajak ini kan. Nikmatin aja dah." Beruntunglah saya punya teman seperti dia. Bisa syukuran bareng-bareng. Jadinya saya bisa merasakan kebersamaan lebih kuat dengan dia dan teman-teman tentunya. Yak, sesederhana itulah perayaan nya. Walaupun begitu saya sangat menghargai usaha dia yang niat bisa bikin acara syukuran ini. Saya tak habis pikir dengannya. Atau karena dia itu cewek. Entahlah. Karena dari dulu saya punya temen itu cowok semua, belum pernah ada cewek. Sekalinya ada, ketemunya yang seperti ini. Hari itu tuh cukup istimewa buat saya. Saya sempet terharu liat keadaan ini. Saya cukup senang hari itu. Hari itu gak bakal saya lupakan. Karena dia yang pertama ngajakin syukuran bareng-bareng gini.  Jarang-jarang ngerayain bareng gini, bahkan bisa dikatakan ini yang pertama kali. Saya bersyukur banget punya teman seperti dia.

17


Setelah beberapa hari kemudian saya rasakan. Entah kenapa, usia 17 tahun itu kalau menurut saya sih itu gak terlalu spesial. Cuma sekedar perayaan diawal aja yang sangat di besar-besar kan. Bahkan, bagi saya ini merupakan suatu peringatan bahwa umur semakin berkurang. Sama seperti tahun kemarin, Bedanya dengan tahun ini yaitu dirayakan. Itu pun karena teman saya yang mengadakannya. Jadinya saya ikut nimbrung aja.

Lagi pula, 17 tahun itu bukan saatnya kita
bersenang-senang lagi, itu udah waktunya
menentukan apa yang akan kita lakukan
ke depannya, mulai berusaha mencari tau
siapa kita dan apa tujuan kita kelak. Bisa dibilang ini adalah sebuah titik awal, bahwa dunia yang sesungguhnya akan segera kita rasakan. Berubah menjadi seorang yang lebih dewasa dimulai saat umur segini. Saya harus lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi kenyataan hidup.

Orang tua saya selalu memberi nasihat berkali-kali agar dapat berpikir jangka panjang, bukan hanya berpikir kenikmatan sekejap saja. Terdengarnya mudah, tapi saat dijalankan ternyata cukup sulit. Saya belum bisa konsisten pada diri sendiri. Masih sering menyia-yiakan waktu. Yak waktu, sesuatu yang sangat sederhana tetapi berharga.

Hmm.. Intinya tanggal 24 Mei kali ini lumayan berkesan. Dan yaa... Gak kerasa umur saya udah 17 tahun aja. Jalan untuk menjemput masa depan semakin terbuka lebar. Yang harus saya lakukan adalah melangkah dengan penuh keyakinan. Saya berharap saya bisa memperbaiki diri dan membangun diri menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa sepenuhnya. Aamiin..


Read More

Minggu, 07 Mei 2017

TJVZ #2

Galaunya hati kembali kurasa. Saat Tuhan mengizinkanku tuk berkomunikasi lagi dengan dia. Aku mencoba untuk bersikap biasa saja ketika obrolan ini berlangsung, walau aku masih ingat dengan jelas apa yang telah dia lakukan tujuh bulan yang lalu. Senyumnya yang palsu mengambang tepat di pelupuk mataku. Seakan mengajakku ke dalam dunianya lagi. Padahal aku sudah menegaskan bahwa aku tak ingin terus berada dalam kondisi seperti ini. Tetapi perasaan was-was ini terus berdatangan, menghampiri ingatanku tentang sifatnya yang sedang berlebihan.  Pertengkaran hebat antara hati dan pikiran seakan tak mau berhenti. Kapan waktu keduanya bisa saling memahami? Hmm.. 

Kukira kisah ini memang cukup rumit. Mungkin karena aku telah menyadari bahwa jalanku mulai berbeda dengan jalanmu. Pada hari ketika aku sadari itu, aku merasa jalan kita benar-benar telah berbeda. Bertolak belakang dengan apa yang selama ini aku bayangkan dan impikan. Kukira kau adalah sosok yang ditakdirkan untuk menemaniku, tapi nyatanya malah menghancurkanku. Hingga aku memutuskan untuk menutup pintu hatiku. Bukannya aku mengasingkan diri tak mau lagi dicintai, tapi aku perlu menyeleksi dengan sangat ketat siapakah yang benar-benar layak untuk dapat menetap. Cintaku kini tersisa sedikit, sedangkan lukaku masih terus mengakar. Aku hanya tak ingin salah langkah lagi. 

Ingin aku menolak kehadiranmu di benakku, lelah sudah aku membayangkan namanya. Dari berbagai penjuru yang datangnya, aku berusaha menyembunyikan hatiku untuk tak lagi menerimanya. Tapi apakah bisa selamanya aku membohongi rasa ini? bergelut dengan nurani yang hampir mati. Begitu rapi kususun perasaan dan terkubur bersama luka batin di dalam tubuh seorang lelaki pendosa, jauh dari bentuk berbagai namamu yang indah. 

Namun, apa yang bisa aku lakukan? Aku hanyalah gelas plastik di tengah samudera, yang akan tersapu dari kuatnya arus laut. Dan itu nyata, di suatu hari aku tertampar dari hati yang terdalam, bahwa aku sudah tak sanggup lagi. Aku ingin berhenti. Ingin aku katakan yang sebenarnya bahwa, aku ingin menjaga jarak denganmu, aku tidak mau lagi balik seperti dulu. Aku ingin fokus pada masa depan yang telah kususun. Dilema pun kembali hadir. Lain kemarin, lain juga sekarang. Aneh betul rasanya. Hatiku terus bergejolak hebat menghadapi kondisi yang menguji daya juangku sebagai manusia. 

Pada satu titik aku ragu-ragu untuk kembali mempercayaimu lagi setelah semua yang telah kau lakukan akhir-akhir ini. Luka yang kau berikan padaku waktu itu masih tak masuk akal. Sebab setelah kejadian menyakitkan itu terjadi, kau masih terlihat baik-baik saja sampai saat ini. Kau bahkan terlihat dengan mudahnya melempar senyum juga tertawa lepas ke beberapa orang. Seakan-akan kau tak memiliki beban dalam hidup. 

Sedangkan aku, aku hanya bisa melakukan hal yang tak bermafaat yaitu pura-pura bahagia. Iya, sampai saat ini aku hanya berpura-pura. Aku menggunakan berbagai macam topeng agar terlihat bahagia, seperti tak terjadi apa-apa. Diamku juga adalah kepura-puraan, ngobrol dengan banyak orang seolah tanpa beban dan tersenyum seperti anak kecil kepada beberapa orang juga merupakan kepura-puraan yang sering aku lakukan. Sungguh merepotkan bukan? 

Ribuan luka dalam masa laluku telah menghadirkan beberapa komponen sakit hati. Keteguhan jiwa dengan mudahnya menelan hal-hal kecil yang tidak lagi menghasilkan kesenangan secara langsung, melainkan untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi seperti saat ini. Perlahan apa yang aku rasa semakin memudar. Aku bertanya kepada hati, "mengapa kau padamkan rasaku padanya?" Hatiku tidak menjawab. 

Mungkin bukan sekarang waktu yang tepat untuk menjabarkan rasa yang hilang ini. Di sisi lain, aku terlalu khawatir dengan apa yang telah terjadi dengan perubahan tersebut. Rasanya ingin lenyap saat rindu menyesakan dada. Sekilas kenangan masa lalu kembali muncul. Saat pertemuan pertama kita dulu. Kasih dan sayangmu begitu besar kau curahkan padaku. Kau begitu perhatian.. Namun kini perhatianmu terkikis tanpa kau sadari. Dan perlahan akan menjadi debu yang terbawa angin yang menghempas. Lenyap tak berbekas. Perlahan... Secara perlahan.. Keterikatan ini akan musnah. 


Read More