Minggu, 27 Januari 2019

T.R.A.U.M.A.

Selamat malam sob! Udah jam setengah satu malam tapi saya gak bisa tidur. Sepertinya ada sesuatu yang harus dikeluarkan lagi dari otak saya agar tak menjadi sampah pikiran yang terus menerus berserakan. Padahal tadi jam delapan udah terasa ngantuk. Masuk kamar terus pegang gawai ehh.. malah ingin melakukan banyak hal termasuk ngeblog. Jadi saya putuskan untuk menulisnya. Saya ingin sedikit menyampaikan sebuah rasa aneh yang berkecamuk di benak setiap setahun sekali. Setiap memasuki bulan januari persis di tanggal ini. Saya muak dengan bagaimana semua hal itu bisa terjadi. Dan saya kesal karena belum bisa melupakan kejadian paling mengiris emosi jiwa dan raga satu tahun yang lalu.

Cerita ini bermula ketika saya berada di titik terendah dalam hidup waktu itu. Saat itu saya masih berseragam putih abu-abu, saya mengalami peristiwa paling menyakitkan dalam hidup saya. Tepat di semester akhir, saya seperti dihajar abis oleh penderitaan. Semua yang ada disekitar saya seakan tak ada artinya. Temen, saudara, bahkan keluarga sendiri. Apa pun yang mereka katakan ke saya seakan gak ada manfaatnya buat saya. Disaat yang lain sedang fokus belajar untuk ujian nasional praktik saya malah mendapatkan cobaan yang sangat berat. Fokus saya jadi terbagi dua. Pertama untuk belajar ujian, dan satunya untuk mengutuk diri sendiri. Tak ada yang namanya kenikmatan dalam menjalani ritual wajib kelulusan. Saya sibuk membuat diri ini dapat merasakan kebahagiaan.

Setiap saat setiap waktu pasti terpikir di benak saya Aku ini siapa sih, kok kayak gak ada manfaatnya buat dunia. Ya Allah.. begitu terjalnya jalan hidupku ini. Untuk sekedar membuat bangga orang tua saja, aku sedikit pun belum bisa melakukan itu, ehh sekarang kenapa harus ada peristiwa menyakitkan ini Ya Allah? Mengapa Engkau tega membiarkan hambamu ini merasakan tekanan yang luar biasa?. begitulah kira-kira curahan saya waktu itu seakan-akan saya tidak bersyukur dengan banyaknya nikmat yang telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta. Kenapa saya bisa berkata seperti itu? Karena saya benar-benar lelah merasakan luka yang terus mendera.

trauma.jpeg


Hari ini tepat setahun peristiwa itu terjadi. Dan saya masih belum benar-benar bisa melupakannya. Saya masih ingat setiap detail peristiwa itu. saya hanya bisa terdiam karena saya malu. Saya merasa hina dan tak memiliki masa depan yang cerah setelah kejadian itu. Rasanya seperti harapan saya satu per satu mulai hilang karena rasa sakit yang begitu dalam. Seringnya, kalau teringat kejadian ini saya seperti hampa gitu. Sedih, nggak. Marah, juga nggak —karena saya terpaksa melakukan itu. Cuma agak pusing aja kali yak. Pusingnya itu mungkin karena padatnya pikiran sampai saya gak bisa ngerasain hal-hal lain. Aneh dah pokoknya. Perasaan saya benar-benar tak jelas, terombang-ambing seperti boneka kain di atas trampolin. Pada saat-saat tertentu, trauma ini juga membawa saya ke tempat-tempat yang tak pernah saya inginkan, ia menunjukkan semua ketakutan dan penyesalan saya –kekhawatiran akan masa depan, harapan-harapan yang tak pernah tercapai, dan dosa-dosa yang telah terjadi. Rasa ini begitu kuat menjalar ke seluruh tubuh. Saya bahkan tidak paham mengapa saya bisa seperti itu. Saya tak mengerti, rasanya berat sekaligus takut tak yang terkira. Saya kebingungan dengan apa yang terjadi dalam diri ini.

Harapan saya saat ini hanya satu, saya hanya ingin bebas dari trauma ini. Saya sudah tak sanggup untuk menahan lebih lama lagi. Saya perlu seseorang yang sanggup mendorong saya lebih jauh lagi dari lubang kegelapan ini. Agar saya bisa merasakan kembali keutuhan jiwa dan raga ini. Entah sampai kapan trauma ini akan menghilang. Luka sebagai korban perundungan tidak akan pernah sembuh sempurna, rasa sakit masih akan saya tanggung terus entah sampai kapan, dan memori buruk itu akan selamanya melekat dalam ingatan. Saya hanya dapat berdoa semoga kekuatan iman selalu menyinari jalan hidup saya. Karena saya tahu, hidup ini bukanlah milik saya. Kepedihan ini bukan permintaan saya. Semua orang pasti menginginkan bahagia, tapi kita kan hanya menjalankan takdir-Nya. Mungkin juga ini cara Tuhan mendidik saya, agar saya tidak hanya sekedar hidup namun juga bisa memaknai arti kehidupan.


Read More

Selasa, 01 Januari 2019

#2019

Selamat datang 2019! Akhirnya tahun 2019 datang juga. Itu berarti ada lembaran hidup baru yang sudah siap untuk ditulis dengan cerita yang InsyaAllah lebih baik dari tahun 2018.

2019.png


Malam pergantian tahun selalu menarik untuk dinikmati. Ada yang menjadikannya momen spesial sebagai ajang untuk introspeksi dan evaluasi, maupun mulai menata mimpi di tahun mendatang. Ada juga yang merayakannya dengan pesta huru hara, ada juga yang menganggapnya biasa. Di momen pergantian tahun, menurut saya pribadi sih biasa saja. Hanya suasanya saja yang berbeda. Lebih ramai dan berisik tentunya. Saya memilih untuk tidur lebih awal karena kondisi badan sudah sangat lelah setelah seharian mengabdi kepada orang tua. Tak ada yang lebih menyenangkan jika kita mampu mengurangi sedikit beban orang tua saat bekerja.


Malam ini saya ingin sedikit mengulas tentang tahun yang penuh tantangan, tahun 2018. Jika saya menengok kembali setahun ke belakang, Tahun 2018 memang banyak meninggalkan momen yang membuat saya tak bisa tenang dalam menjalani kehidupan. Bisa dikatakan, awal 2018 adalah masa-masa berat bagi saya. Stres, sedih, marah, semua bercampur aduk. Mulai dari tugas akhir , konflik horizontal, lulus sekolah, hingga ujian SBMPTN. Semua terangkum dalam tahun ini. Jika diminta untuk menyebutkan kata apa yang tepat untuk menggambarkan seperti apa tahun 2018 bagi saya, maka saya akan menjawab dengan satu kata, LELAH!


Yak, 2018 adalah tahun yang menguras batin saya. Banyak hal yang terjadi di tahun tersebut, sampai-sampai terkadang, saya tidak bisa tidur dan malah terlena memikirkan kejadian-kejadian masa lalu dan hal-hal yang mungkin saja terjadi jika saya mengambil keputusan yang berbeda saat dihadapkan pada sebuah pilihan. Tapi nyatanya itu semua tidak berguna. Sebesar apa pun saya berusaha menyangkalnya, ingatan tersebut masih terasa begitu nyata di kepala saya. Mau gak mau saya harus berdamai dengan kenyataan yang ada, bahwa saya telah melakukan kesalahan tersebut. Perihal pahitnya kenyataan tentang ekspektasi yang sedikit berantakan membuat saya sadar, bahwa kenyataan itu terkadang menyakitkan. Namun saya tak tahu apakah tahun baru ini bisa lebih perih dari derita yang saya alami tahun lalu atau bisa jadi sebaliknya? Entahlah..


Semua kejadian yang menyedihkan.

Semua kejadian yang mengecewakan..

Semua kejadian yang menyakitkan...


Tahun dimana semua kenangan yang telah terekam dalam sejarah mulai dari kesedihan dan kebahagiaan, suka dan duka, musibah dan anugerah, keajaiban dan kerja keras, mimpi dan realita, berhasil dan gagal, serta awal dan akhir. Saya tak ingin menilai tahun 2018 kemarin sebagai tahun yang sangat buruk. seburuk apapun hal-hal yang terjadi di tahun 2018 memiliki pesan dan pelajaran di dalamnya. Sang Pencipta pasti selalu memberikan pesan dibalik setiap kejadian dalam hidup ini. Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada tahun yang penuh dengan tragedi. Terima kasih sudah memberikan banyak tantangan dan membuat saya menjadi lebih tegar dari sebelumnya. Semoga bisa menjadi pelajaran hidup, agar mimpi dan harapan bisa segera terealisasikan serta dapat dijadikan pengalaman dan cerita di masa yang akan datang.



#2019GantiKalender


Read More