Rabu, 21 November 2018

SENDIRI

Terkadang seseorang butuh sendiri untuk beberapa saat. Di saat semua hal yang diinginkan belum ada satu pun yang menjadi kenyataan. Banyak orang bilang di balik cobaan selalu ada hikmah. Namun sampai sekarang saya belum menemukan hikmah dari peristiwa paling menyakitkan dalam hidup saya ini. Membuat diri saya menjadi stres. Sungguh tak mengenakkan.



Hidup di era digital, dengan segala kemudahannya, telah menyebabkan meningkatnya isolasi sosial yang tajam dalam hidup saya. Saya jadi tak bisa merasakan kembali nikmatnya berbagi cerita dengan sesama manusia. Kadang saat saya ingin bercerita tentang kondisi yang saya jalani begitu berat sama seseorang, kebanyakan malah pada bilang, Masih banyak masalah yang lebih berat dari apa yang lo rasain sekarang, seharusnya lo lebih bersyukur! Hal seperti inilah yang bikin saya lebih milih memendam apa yang saya rasakan daripada harus bercerita. Sekalipun harus dikeluarkan dari kepala, saya memilih blog ini sebagai pelarian bercerita daripada ke manusia.

Suasana ramai di sekitar saya tak sanggup mengusir kesunyian hati. Perkataan yang keluar dari mulut-mulut orang yang mencintai saya tak sanggup membakar semangat jiwa ini. Ajakan mereka untuk bergembira dan memaksimalkan hidup yang cuma sekali ini dengan berbagai kebaikan tak dapat memotivasi diri saya. Hiburan yang mereka berikan belum bisa menghapus kepedihan luka yang masih terasa. Mereka tak pernah tau apa yang telah terjadi terhadap diri saya sampai-sampai saya harus mengisi hari-hari dengan rasa sakit lagi dan lagi. Rasanya saya belum mampu untuk menceritakan kebenaran yang sesungguhnya.




Saya pikir, selepas SMK saya akan meninggalkan dunia ini. Tapi nyatanya, saya masih hidup sampai sekarang. Setiap hari, saya berpikir apakah hari ini saya akan mati? Mungkin karena itu pula, saya tidak punya impian yang benar-benar ingin diraih. Saat ini, teman saya di saat sendiri hanyalah luka yang masih basah. Saya kesakitan, dan tak sadarkan diri begitu saya lihat seberapa besar lukanya. Pedihnya tertancap hingga ke dalam jiwa. Tangis sertai air mata terus membasahi hati. Kalau dipikirkan lebih jauh, saya merasa seluruh isi bumi berkonspirasi untuk menjatuhkan dan melukai saya. Membuat saya terkadang merasa tidak nyaman lagi dengan hidup ini. Saya menderita, depresi, dan cemas. Seperti sudah tak ada energi untuk menjalankan hidup. Rasanya saya tak ingin bermimpi tuk sementara waktu. Karena mimpi-mimpi saya saat ini tak membuat diri ini menjadi tenang.

Jangankan untuk bermimpi, untuk sekedar menikmati matahari terbit saja saya tak mampu. Saya terlalu sibuk. Sibuk berperang dengan musuh sejati, sibuk beradaptasi pasca kelulusan sekolah, dan sibuk membantu orang tua. Dari semua kesibukan tersebut membuat diri saya makin tenggelam. ketika kesibukan itu berakhir, meninggalkan rasa hampa dalam sepi yang memaksa saya untuk mencari kesibukan lain. Begitu terus siklusnya sampai-sampai ada hal penting yang terlupakan oleh saya, yaitu belajar untuk persiapan menghadapi test masuk perguruan tinggi dengan giat. Ini adalah misi utama saya saat memutuskan untuk gap year lima bulan yang lalu.

Emangnya gak ada hari libur? Libur sih ada.. Tapi yaa gimana ya.. Entahlah.. Saya rasa ini antara males atau otak saya yang sudah mengatur demikian. Saat hari libur tiba, saya paling tidak bisa belajar di hari tersebut karena saya menggunakannya untuk meliburkan pikiran saya. Saya yakin otak ini tak henti-hentinya bekerja keras setiap hari setiap saat hingga overthinking. Menyalahkan keadaan yang rumit bahwa saya tidak dapat merasakan nikmatnya hidup. Meskipun saya udah punya niat belajar, tapi pasti ujung-ujungnya nggak tersentuh juga materi SBMPTN sama saya. Yaa.. Tidak masalah juga sebenarnya, selama libur kemarin saja saya tidak belajar sama sekali untuk materi SBMPTN karena saya sibuk untuk melakukan aktivitas yang lain, jadi saya terkadang tidak peduli sama sekali tentang perkuliahan. Saya ingin belajar tapi tidak bisa belajar jika bukan waktunya. Walaupun sudah ada arahan dari bapak tercinta, tapi rasanya saya belum punya semangat lebih dalam menjalankan tujuan tersebut. Masih setengah-setengah dalam menjalankan kewajiban belajar. Bisa dibilang saya belajar ketika saya mood dan waktunya pas untuk menyerap ilmu baru. Padahal kalau dipikir-pikir, sudah tinggal hitungan bulan UTBK SBMPTN akan segera dilaksanakan kembali. Hmm..




Satu hal yang saya butuhkan saat ini adalah tempat untuk menyendiri, dimana saya bisa terbebas dari tekanan-tekanan itu, untuk dapat lebih bisa merasakan rasa bersyukur atas kehidupan yang saya miliki. Saya sangat membutuhkan umpan balik dari alam semesta agar saya dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan komentar, bebas asal sopan dan relevan.