Selasa, 05 Februari 2019

Lelah Menyelimuti Hati

Sama seperti tengah malam yang sangat sunyi sekali, pasti selalu berakhir dengan fajar yang terang dan membawa harapan. Membuat saya mudah melupakan kegelapan malam yang baru saja terlewat. Bangkit dari tempat tidur untuk memulai sesuatu yang baru hingga malam kembali jatuh di kasur yang sama. Menjalani rutinitas seperti itu, saya seperti berada dalam sebuah siklus yang selalu berulang. Terus berputar dan berputar. Seperti tak pernah berakhir.

Adakalanya rutinitas tersebut begitu mencekam, sehingga segala persediaan energi yang saya punya akan langsung habis. Tinggal rasa lelah yang tersisa. Tak ada aktivitas yang dapat dijalani. Tak ada produktifitas amal yang dapat dihasilkan. Dunia terasa sangat kejam. Sementara diri saya hanya bisa mengeluh betapa malangnya nasib yang harus dijalani.

Lelah, saya begitu lelah. Rasanya ingin berbaring sejenak untuk melepas penat, menikmati hari-hari yang kosong tanpa ada satu pun beban yang mengganggu. namun rasanya semua itu akan sangat sulit. Rebahan berpuluh-puluh abad pun rasanya tetap tak akan mampu menghilangkan rasa letih ini. Rasa yang begitu melilit hingga saya terus menghela nafas panjang. Saya sudah sering mencurahkan isi hati dan pikiran tentang masalah saya kepada Tuhan Yang Maha Mendengar. Namun, belum ada satu pun petunjuk dari-Nya.


lelah.jpeg


Saya jadi merasa tak punya harapan. Impian dan cita-cita saya yang dulu sempat dirawat dengan kasih sayang rasanya terlalu jauh tuk dicapai, dan melihat kenyataan yang ada terlalu merugikan untuk saya kerjakan. Terlebih lagi dengan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di kepala setelah berakhirnya masa sekolah saya. Seperti halnya kisah di novel ataupun film yang baru saja selesai, pasti selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul; lalu bagaimana selanjutnya, terus bagaimana, dan seterusnya.

Saya tak bisa menghentikannya sampai saya bisa menjawab pertanyaan tersebut. Pikiran saya selalu berpindah-pindah di antara masa depan dan masa lalu. Terperangkap pada masa lalu yang belum sepenuhnya saya terima. Dan terjebak pada tujuan-tujuan masa depan yang telah direncanakan sebelumnya. Karena hal-hal seperti itulah yang membuat saya menjadi sangat lelah, terutama dalam menata hati. Ada beberapa bagian yang begitu susah dimengerti, hingga begitu rumit untuk saya pahami. Saya masih terus mencari cara untuk dapat memahaminya.

Saya yang sudah lelah dengan semua hal ini, kesakitan yang saya rasakan maupun tubuh saya yang semakin hari semakin terpuruk. Saya lampiaskan seluruhnya dengan menulis di sini dengan harapan agar beban di pundak sedikit berkurang. Saya terus berjuang tanpa henti meski lelah menyelimuti hati dan pikiran, raga saya seolah terkoyak tak berdaya menghadapi terpaan luka yang terus mendera.

Hal sederhana yang saya inginkan sekarang hanyalah didengarkan. Saya ingin bisa membuktikan bahwa apa yang selama ini saya pikirkan tak akan berubah menjadi nyata. Saya ingin menyingkirkan segala kesakitan yang telah sekian lama dirasakan. Saya ingin menghapus segala luka hingga semua rasa sakit ini mereda. Bukannya saya tak terima kenyataan ataupun tak merasa hidup, hanya saja kemampuan saya tak setebal kemauan yang lebih dulu hadir di dalam mimpi. Sekarang saya hanya bisa pasrah menjalani hari demi hari menanti datangnya akhir dari penderitaan ini dan kembali menjalani takdir terbaik dari Sang Pencipta.


0 comments:

Posting Komentar

Silahkan komentar, bebas asal sopan dan relevan.