Sabtu, 09 Desember 2017

Kehilangan Arah

Yak selamat malam sobat. Akhirnya waktu yang ditunggu tunggu datang juga. Libur! Satu kata yang membawa kesegaran. Saya udah gak sabar banget untuk nulis lagi di blog ini. Setelah kurang lebih dua puluh minggu saya menjalani rutinitas kehidupan dengan segala permasalahnya. Sangat berat. Memang berat. Berat sekali. Adanya tekanan yang luar biasa dari lingkungan di sekitar saya, membuat saya frustrasi. Saya sering berfikir yang nggak-nggak tentang hidup ini. Selalu melihat semuanya dengan tatapan yang negatif. Arrgh.. Kacau lah pokoknya mah! Tapi ya sudahlah lupakan, yang penting sekarang sudah masuk liburan dan saya punya waktu untuk ngeblog lagi. Dan pada kesempatan kali ini saya ingin bercerita sedikit tentang saya yang mengalami suatu fase lumrah, yaitu kehilangan arah. Pastinya banyak dari kita yang sudah merasakannya, nah sekarang giliran saya. Jadi begini ceritanya.. 

Saat awal masuk SMK, raga ini bisa dikatakan sangat bersemangat menyambut kehidupan baru sebagai pelajar dengan seragam putih abu-abu. Saya masih ingat sekali pernah menulis kata-kata yang kurang lebih seperti ini, 

Alhamdulillah.. Sekolah baru. Teman baru. Pengalaman baru. Akhirnya aku bisa merasakan masa putih abu-abu juga. Semoga dengan ini aku bisa melupakan masa laluku yang berantakan. 

Terdengar sangat optimis untuk ukuran seorang pemberontak pensiun. Dipikiran saya waktu itu hanyalah belajar, belajar, dan belajar. Berusaha menjadi orang baik-baik dan mencoba sekuat tenaga melupakan masa lalu dengan fokus pada masa depan saat itu yang sudah terbuka. Tak ada beban yang berarti, yang ada hanya kesenangan menjalaninya. Karena saya tau, teman lama saya pun sama masa depannya saat itu, masuk SMK jurusan akuntansi juga. Makin tambah lah semangat saya waktu itu. 

Sampai ketika saya menginjakkan kaki di kelas dua belas. Hal-hal ganjil sudah mulai terasa. Mulai dari temen yang sering mengejek dan mempermainkan saya (secara halus) , sampai banyaknya teman kelas yang membuat geng. Kondisi kelas menjadi terkotak-kotak, semacam ada sekat pemisah antara geng-geng tersebut. Persatuan pun hanya jadi wacana yang dari awal selalu ingin diwujudkan. Sudah terasa jelas kalo ada yang gak beres. Sampai saat tulisan ini dibuat, bisa dikatakan saya sedang menuju puncak dari cobaan yang sulit dilupakan oleh otak. Makin kerasa sekali beban yang harus saya tahan terus menerus agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Hidup dikelilingi dengan lingkaran kegelapan. Tak ada tujuan yang pasti. Keyakinan saya pun mulai goyah, karena adanya satu hambatan besar yang mau tidak mau harus saya jalankan. Saya terjebak dalam kondisi yang sangat amat sulit. Hidup pun berjalan datar, terasa tak berarti. 

kehilangan-arah.jpg

Saya jadi teringat juga dulu saat kelas enam saya ingin cepat-cepat menyelesaikan masa sekolah ini yang bagi saya sangat membosankan. Tapi sekarang saat sudah berada di akhir perjalanan masa sekolah, saya bingung mau kemana arahnya. Seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Saya benar-benar kehilangan arah tujuan hidup. Serasa harapan saya satu per satu mulai hilang. Padahal dulu saya yakin setiap orang yang hidup di dunia ini pasti punya tujuan utama. Kalaupun ada orang yang belum menemukannya, setidaknya ada tujuan untuk terus hidup, seperti memenuhi kebutuhan yaitu makan agar tidak mati sekarang. 

Dan kini saya selalu bertanya pada diri sendiri, sebenarnya saya sedang membimbing diri ini ke arah mana? Tujuan utama saya itu apa? Saya kira diri ini hanya berputar-putar mengelilingi sesuatu yang tak pasti. Tak ada kemajuan yang signifikan antara kemampuan akademik dan keahlian yang saya miliki. Selalu saja saya rasa seperti ada yang kurang walaupun sebenarnya saya sudah merasa cukup. Rasa ketidakmampuan saya melawan cobaan ini bagaikan kawat berduri yang melilit kaki saya agar tak bisa melangkah. Jangankan melangkah, bergerak saja pasti akan terluka. Sungguh tak berdaya saya dikendalikan oleh kondisi yang sangat sulit seperti ini. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, saya iseng searching di internet mengenai permasalahan yang sedang saya hadapi ini. Setelah kurang lebih tiga puluh menit mencari, akhirnya ketemu juga sebuah artikel yang perlahan membuka kembali pikiran dan hati saya. Saya kutip sedikit dari situs ini, inilah pencerahannya.. 

"Bila anda merasa bingung, lelah, tidak punya arah. Maka berhentilah sejenak, istirahatkan diri, dan fokuslah untuk menguatkan diri dahulu, agar Anda menjadi kuat kembali, dan bisa meneruskan kembali sisa perjalanan Anda.
Abaikan untuk sementara urusan dengan manusia, kecuali yang darurat saja. Karena saat Anda lelah atau lemah, Anda harus meringankan dan menurunkan beban di pundak Anda untuk sementara waktu, hingga Anda kuat kembali mengangkatnya dan berjalan lagi."

Wah.. Setelah direnungkan sejenak, ada benarnya juga ya.. Mungkin saya harus mengasingkan diri dari dunia luar. Saya harus rehat sebentar mencari ketenangan agar bisa introspeksi diri sendiri. Terlebih sekarang lagi libur, pas banget nih momen nya. Walaupun liburannya gak lama, Cuma dua minggu. Tetap saja harus saya maksimalkan dengan baik untuk merefresh otak agar bisa bekerja dengan baik kembali. Saya tak ingin berkomunikasi dengan temen selama libur ini tuk mengurangi beban di pundak. Hufft... Entah tulisan macam apa yang saya tulis di blog sunyi kali ini, yang jelas saya hanya ingin mengutarakan isi kepala seorang pendosa yang sedang kehilangan arah dalam hidupnya. Dengan segenap tenaga yang masih tersisa tuk satu semester lagi. InsyaAllah saya akan kuat tuk menyelesaikan apa yang telah saya mulai. 

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan komentar, bebas asal sopan dan relevan.