Kamis, 06 Juni 2019

Pengalaman naik Kereta Api Senja Utama Solo

Yak! selamat pagi sobat blogger di mana pun kalian berada. Hari ini saya ingin bercerita tentang pengalaman saya naik kereta lagi setelah sekian lama tidak pernah menaikinya. Kurang lebih sepuluh tahun lamanya waktu yang saya tunggu untuk dapat kembali lagi merasakan nikmatnya naik kereta api. Oyaa sebelum saya lanjut lebih dalam, saya mau mengucapkan selamat lebaran dulu sama kalian pembaca setia (itu juga kalau ada) yang secara sengaja membaca tulisan saya ini. Tadinya pas hari lebaran kemarin saya mau ngepost edisi idul fitri seperti biasa, tapi sayangnya saya terlalu lelah setelah seharian silaturahmi, jadinya langsung tidur dah. Gak sempat bikin postingan, jadinya saya gabungin aja di sini aja gak papa kali ya sob.

Saya mewakili diri saya sendiri mengucapkan 


Taqobbalallahu minna wa minkum shiyaamanaa wa shiyaamakum, Wataqobbal ya kariim Ja'alnallahu minal aidin walfaizin. 

Mohon maaf lahir dan batin, jiwa dan raga, serta jasmani dan rohani saya.  


Maafkan semua kesalahan saya, kata-kata saya yang kurang pantas atau barangkali ada tulisan saya yang sempat menyinggung kalian semua. Itu semua murni hanya ingin melampiaskan uneg-uneg di kepala agar beban hidup saya bisa lebih ringan. Maaf juga kalau akhir-akhir ini tulisan saya itu banyak berisi sambatan. Karena sesungguhnya saya ini juga manusia. Bisa merasakan kesedihan, kegagalan, keterpurukan, kemarahan, dan kepedihan hidup. Semoga, setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan, kita bisa menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Aamiin. Selamat hari kemenangan semuanya! 



Nahh.. Kembali lagi ke pembahasan di awal yaitu cerita tentang saya yang baru saja naik kereta api. Duh.. Kesannya kayak yang udik banget ya, kayak yang gak pernah naik kereta gitu. Yaa gak papa dah, yang penting ada bahan cerita untuk nambahin postingan di blog sunyi ini. Lagi pula ini kan blog saya, jadi ya suka-suka saya doooong... :D okelah dari pada banyak omong lebih baik disimak ya sob..

Jadi begini ceritanya.. Sebenarnya ini semua sudah direncanakan jauh sebelum puasa itu sendiri dimulai. Kalau gak salah ide untuk mudik lebaran tahun ini di kampung halaman itu dari bulan januari. Ibu saya dapat pesan dari orang kampung katanya lebaran tahun ini akan ada momen spesial karena rumah mbah saya akan menjadi tuan rumah acara trah keluarga. Wahh.. Betapa senangnya ibu saya mendengar kabar seperti itu. Jadilah tahun ini kami sekeluarga memutuskan untuk mudik lebaran.


Pembelian tiket kereta api

Begitu pengumuman tiket kereta mudik sudah dibuka pada akhir februari, kita langsung cari-cari tiket kereta tujuan Yogyakarta yang kelas ekonomi. Tapi apa daya, baru hitungan menit tiketnya sudah habis terjual. Mungkin karena murah jadinya cepat banget habisnya. Tinggal yang tersedia itu yang eksekutif dengan harga yang lumayan mahal. Itu pun gak banyak, tinggal beberapa lagi. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Bapak saya memutuskan untuk tetap membelinya. Katanya, gak papa dah mahal yang penting bisa mudik lebaran. Itung-itung pengalaman juga naik kereta eksekutif pertama kalinya. Setelah dicari-cari yang tujuannya Klaten akhirnya ada yaitu Senja Utama Solo, Yaitu campuran kelas bisnis dan eksekutif. Alhamdulillah.. Untung saja tiket kereta api masih tersedia. Harga tiketnya Rp 650.000 per orang. Pembelian tiket kereta api saat ini sudah dipermudah dengan aplikasi KAI Access sehingga kita tidak perlu membeli secara manual yang mana harus dateng langsung ke loket penjualan tiket yang berada di stasiun.

Setelah registrasi selesai barulah kita membayarnya. Bisa di indomaret lho. Sangat mudah dan cepat. Setelah membayar, kita mendapatkan kode tiket. Kode tiket nantinya dapat ditukarkan dengan tiket resmi yang dapat dicetak di stasiun. Yang mendapatkan tugas untuk mencetak tiket resmi ke stasiunnya adalah kakak dan adik saya. Mereka berdua berangkat dari rumah naik KRL menuju Stasiun Pasar Senen. Mereka mencetak tiket resmi di loket Stasiun Pasar Senen seminggu sebelum berangkat. FYI, batasan maksimal penukaran tiket sekitar satu jam sebelum keberangkatan.


Menuju Stasiun Pasar Senen

Jadi ada cerita cukup menegangkan selama perjalanan menuju Stasiun Pasar Senen. Karena lebaran tahun ini spesial yaitu akan diadakannya acara trah keluarga di rumah mbah, jadinya kami sekeluarga ngajak nenek juga untuk ikut mudik lebaran ke Jawa. Ini pertama kalinya kami sekeluarga mudik ke lebaran ke Jawa naik kereta api bersama nenek tercinta.

Nahh.. Pada hari lebaran, keluarga saya punya tradisi yaitu sehabis silaturahmi di sekitar rumah, pasti silaturahmi dulu ke rumah nenek di Pondok Gede. Karena kelamaan di Pondok Gede, kami sekeluarga pulang ke rumah itu udah sore sekitar jam tigaan. Karena lapar, kami pun makan dulu beli mie ayam di depan jalan. Nenek saya akan diantar sama om dan bibi saya ke rumah kami. Karena rencananya kami semua berangkat ke Stasiun Pasar Senen naik KRL dari Stasiun Telaga Murni yang baru saja diresmikan. Stasiun tersebut berlokasi di perumahan Metland Cibitung yang sangat dekat sekali dengan rumah kami yang berada di Cibitung. Tinggal naik motor sepuluh menit juga langsung sampai. Kami sekeluarga sangat bersyukur sekali dengan adanya stasiun KRL dekat rumah. Jadinya bisa kemana-mana dengan mudah. Yaa walaupun KRLnya masih jarang lewat, masih satu jam sekali. Tapi kami sangat terbantu dengan adanya fasilitas umum seperti ini.

stasiun-metland-telaga-murni.jpeg
Stasiun Metland Telaga Murni


Setelah menunggu hampir dua jam karena jalanan pastinya macet karena musim lebaran, nenek saya sampai di rumah dan langsung dah siap-siap menuju Stasiun Telaga Murni. Kami semuanya sebenarnya sedang berpacu dengan waktu. Jadi KRLnya datang di stasiun tersebut pukul 18.48, kami baru datang sekitar pukul 18.35. Hampir mepet sih, tapi alhamdulillah masih bisa keburu. Ada waktu sekitar sepuluh menit untuk menunggu KRLnya tiba. Setelah KRLnya tiba kami semua naik.

Perjalanan menuju Stasiun Pasar Senen kurang lebih sekitar 40 menit. Oyaa kami sempat transit dulu di stasiun Jatinegara. Kami menunggu lagi di stasiun tersebut sekitar 20 menit, yang sangat disayangkan adalah di sini tidak ada bangku yang banyak untuk duduk. Mentang-mentang lagi direnovasi stasiunnya jadi fasilitas dasar seperti itu sampai tidak tersedia. Jadilah kami ngemper seadanya di sekitar peron. Suasana di stasiun ini juga sangat ramai, kebanyakan juga yang pada mau mudik. Terlihat jelas dari barang bawaannya. Begitu KRLnya datang, langsung penuh seketika, tapi untungnya kami semua bisa masuk walau terpisah gerbong. Sampai di Stasiun Pasar Senen itu sekitar jam sembilanan. Kami sekeluarga langsung menuju musola dulu untuk solat maghrib dan isya. Karena tadi pas berangkat nggak keburu untuk solat maghrib jadinya digabung aja solatnya. Setelah itu kami sekeluarga melakukan boarding lalu masuk ke dalam kereta api Senja Utama Solo yang kebetulan sudah menunggu para penumpang.


Perjalanan mudik bersama Senja Utama Solo


Rabu malam, 5 Juni 2019. Waktu pembelian tiket, Kami memilih jadwal keberangkatan Kereta Api Senja Utama Solo pada hari H atau tepatnya di hari pertama lebaran. Kereta Api Senja Utama Solo berangkat sesuai dengan jadwal yang telah tercetak dalam tiket kereta api yaitu pukul 22.00 malam. Keterlambatan sekitar 5 hingga 10 menit masih bisa dianggap tepat waktu. Kereta berangkat. Selepas Jatinegara, lampu diredupkan supaya penumpang lebih rileks. Karena hari ini masuk masa lebaran, suasana dalam kereta cukup ramai.

Kesan pertama saya saat menaiki kereta api berbalut stainless steel abu-abu ini sangat mengesankan. Begitu modern dengan segala fasilitas yang tersedia. Tak ada lagi pedagang asongan yang bisa masuk ke dalam kereta. Benar-benar dikelola dengan profesional. Sangat berbeda dengan kereta api yang pernah saya naiki sepuluh tahun yang lalu. Perbedaan yang pertama yaitu sudah berAC. Gerbong Kereta Api Senja Utama Solo telah dilengkapi dengan pendingin udara atau Air Conditioning (AC). Keberadaan AC di dalam gerbong cukup menambah kenyamanan penumpang kereta api dan mengurangi panas di dalam gerbong yang dulunya selalu menggunakan kipas angin. Yang kedua, ada colokan listrik. Sepertinya fasilitas ini sudah menjadi fitur wajib yang harus ada di setiap gerbong kelas mana pun. Letaknya di samping tempat duduk penumpang dan dapat dipergunakan secara gratis.

Senja_utama_solo.jpeg
Suasana di dalam KA Senja Utama Solo


Selain itu ada bantal dan selimut dan sudah tersedia di masing-masing kursi. Posisi kursi bisa diatur searah dengan laju kereta. Selain kursinya yang nyaman, di tiap gerbong disiapkan TV di depan dan belakang yang menayangkan iklan dan informasi seputar kereta api. Bagian bagasi yang di atas kepala cukup lebar, muat untuk menyimpan koper besar. Jarak antar kursi sebelah juga cukup luas, sehingga secara ruang, gerbong kereta ini sangat nyaman dan tidak padat. Kalau kita lihat ke samping, ada yang berbeda. Jenis tirai penutup di jendela kereta Senja Utama Solo adalah model baru, sangat berbeda dengan yang terakhir kali saya naik kereta. Kalau mau buka, tinggal tarik ke bawah sedikit lalu lepaskan. Tirai akan naik otomatis. Disitu juga ada petunjuknya yang sudah ditempel dengan jelas. Fasilitas umum lainnya seperti toilet menurut saya cukup nyaman, walaupun dengan kloset duduk, ada sabun dan wastafel.

Saat kereta mulai melaju kencang, goncangannya tidak terlalu kerasa. Jadi kalau mau tidur pun sangat nyaman sekali. Setelah melewati Bekasi, saya pun tertidur pulas karena sudah lelah seharian silaturahmi. Walaupun kursi sandaran kursi dapat direbahkan, saya sebenarnya lebih suka tidur dengan menyandarkan kepala ke bantal. Dan menutup mata dengan selimut biar gak silau. Begitu terbangun saya sudah berada di Yogyakarta. Yang mana tinggal satu stasiun lagi kami sekeluarga akan sampai tujuan. Waktu kedatangan di Stasiun Klaten sedikit terlambat sekitar setengah jam dan bagi saya ini masih wajar karena transpotasi umum di Indonesia masih banyak yang belum tepat waktu. Bagi saya pribadi, saya puas dengan layanan Kereta Api Senja Utama Solo, benar-benar dimanjakan oleh fasilitasnya. 



Yak, mungkin itu saja yang bisa saya ceritakan tentang pengalaman menaiki Kereta Api Senja Utama Solo di waktu lebaran. Cukup panjang juga ceritanya ya saya gak nyangka.. Hehe.. Saya gak yakin sih ada orang yang mau baca tulisan sepanjang ini, niatnya sih cuma ingin mendokumentasikan perjalanan hidup aja. Kalaupun ada, saya cuma ingin bilang terima kasih. Kalian lah penyemangat saya dalam membuat postingan di blog sunyi ini. Terima kasih banyak!


Read More

Jumat, 24 Mei 2019

Ketika saya berusia 19 tahun

Assalamu'alaikum.. Selamat malam sobat blogger! Alhamdulillah di hari yang berkah dan bulan yang mulia ini, saya masih diberikan kesempatan hidup oleh Sang Pencipta. Ini adalah momen yang jarang sekali terjadi, dimana hari kelahiran saya bertepatan dengan hari Jumat di bulan suci Ramadhan. Sungguh sebuah kenikmatan yang luar biasa jika saya dapat mensyukurinya.

24 Mei selalu menjadi tanggal yang bermakna bagi hidup saya. Menjadi hari pertambahan usia menjadi 19 tahun dan menjadi tanda berkurangnya umur hidup saya di dunia. Walaupun belum banyak yang berubah dalam diri saya selama kurun waktu satu tahun ini. Tapi setidaknya, saya jadi lebih tenang dalam menjalani rutinitas kehidupan. Berkat berbagai macam ujian yang menimpa saya tahun lalu. Setelah itu saya mencoba menikmati hidup dengan menjalankan hobi dan kesenangan saya yang dulu sempat terhenti. Begitu nikmat dan sederhana. Itulah barangkali kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan seperti apa usaha saya untuk merawat diri ini agar tetap sehat dan bahagia. Dan seperti biasa, saya ingin sedikit mengulas perjalanan selama setahun kebelakang, yang kali ini cukup mengguncang hati dan pikiran.

Di usia ini saya bukan lagi seorang remaja, bukan juga seorang dewasa. Masih ditengah-tengah. Belum cukup jika saya disebut orang dewasa, karena masih ada beberapa tahapan yang belum bisa dipenuhi. Walau sebenarnya saya sudah tau harus berbuat apa, tapi saya masih belum cukup kuat untuk melakukannya. Mungkin butuh waktu lebih banyak lagi untuk bisa memenuhi tahapan tersebut, karena saya rasa selama ini saya hanya terfokus pada sekolah. Jadi hal-hal seperti ini seakan-akan sudah tidak diperhatikan. Padahal ini juga penting untuk diri sendiri, terlebih di saat seperti ini, saat masa transisi menuju kedewasaan.

19-tahun.jpeg


Selama berusia 18 tahun kemarin, saya lebih banyak mengutuk diri sendiri. Ada semacam rasa kekurangan yang luar biasa. Saya terlena dalam derita tak berujung. Saya sempat tenggelam dalam penyesalan dan kesedihan masa lalu yang perih. Saya sibuk memikirkan keadaan ideal yang seharusnya terjadi. Saya sibuk membuat diri ini menjadi seseorang yang pantas untuk diperhatikan dunia. Kesibukan-kesibukan tersebut menambah beban pikiran, sehingga saya terus menerus menengok ke belakang dan sulit rasanya untuk melangkah maju dan menatap masa depan. Kegiatan semacam ini berjalan terus selama kurang lebih 240 hari. Sungguh sangat menyiksa batin. Ditambah setelah saya mengalami kejadian paling menyakitkan dalam hidup dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, saya dari dulu punya kecenderungan untuk mengakhiri hidup. Saya pun tak menyangkal. Satu-satunya hal yang mencegah saya untuk melakukannya sampai saat ini adalah saya sangat takut jika nanti masuk neraka dan disiksa selamanya di sana. Sangat mengerikan bukan..? Saya pikir gapapa dah menderita di dunia daripada di akhirat.

Akhirnya setelah sekian lama saya terbelenggu oleh kegelapan yang menyelimuti hari-hari, saya bertekad untuk mencari ketenangan jiwa. Salah satunya dengan cara menjauhkan diri dari media sosial dengan segala kemegahannya. Karena menurut saya media sosial sudah terlalu banyak racun yang dapat merusak pola pikir saya. Saya memutuskan untuk membatasi seluruh chat yang masuk dan lebih memilih tuk menengok ke dalam diri sendiri mencoba mendengarkan suara batin yang selama ini terlupakan. Melihat kegaduhan dalam pikiran, merasakan tubuh yang sedang berontak karena terlalu lelah dengan semua derita, dan berusaha berdamai dengan diri sendiri. Merawat kembali batin saya yang hampir hancur. Karena saya sudah terlalu banyak menyalahkan diri ini tanpa ada rasa syukur sedikit pun. Astagfirullah.. Sungguh saya sangat merugi sekali.

Prosesnya pun tak secepatnya yang dibayangkan, karena ini adalah tahap yang amat panjang. Sampai saat ini, saya masih terus melakukannya. Karena itu merupakan tanggung jawab hidup saya selamanya. Kalau bukan sekarang kapan lagi saya punya waktu selonggar ini.. Kalau bukan saya siapa lagi yang bisa memperbaiki diri ini..? Perlahan-lahan saya belajar untuk mengenali apa saja yang terjadi dalam diri ini. Sebab tak ada yang lebih mengenal saya selain diri saya sendiri.


Yaaa.. lagi-lagi Ini semua tentang waktu. Karena seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang kehidupan pasti akan bertambah. Suka duka akan datang silih berganti, banyak orang yang datang dan pergi, mereka akan hadir mengisi hari-hari saya dalam menjalani takdir indah yang telah Tuhan tuliskan untuk saya. Kedepannya, cepat atau lambat saya akan mengalami proses yang memerlukan tenaga, kerja keras dan juga iman yang kuat di usia yang baru ini. 19 Tahun, bagi saya bukanlah usia yang main-main. Di usia ini saya sudah dituntut untuk bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukan. Itu yang selalu ditekankan oleh orang tua saya, terutama bapak. Beliau terkadang menyediakan waktunya walau sedikit untuk membimbing dan memotivasi saya di tengah kesibukan dan kepadatan jadwal saya akhir-akhir ini. Terima kasih pak, do'amu untukku dalam meraih cita-cita dan kesuksesan selalu kau panjatkan untukku. Maaf belum mampu mengubah apa yang buruk dalam diri ini sejak dulu kala. Tapi aku selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Aku sudah yakin aku sedang berjalan menuju ke arah kebaikan.



24 Mei 2019

Read More

Minggu, 12 Mei 2019

Pengalaman UTBK untuk yang kedua kalinya

Assalamu'alaikum.. Selamat malam sobat blogger.. Untuk postingan kali ini saya mau cerita lagi tentang UTBK gelombang kedua yang baru saja saya laksanakan kemarin. Jadi untuk UTBK tahun ini memang ada keistimewaan dimana ujiannya bisa mengikuti dua kali tes. Untuk UTBK Gelombang II dilaksanakan pada 11- 26 Mei 2019. Dan lagi-lagi saya harus mengikuti ujiannya di hari pertama gelombang kedua. Mau tau gimana ceritanya? Oke langsung aja disimak ya sob.

Jadi begini... Pada saat pendaftaran UTBK gelombang kedua dibuka akhir maret kemarin tepatnya pada tanggal 25 maret, saya tak ingin mengulang kejadian pada saat UTBK gelombang pertama yaitu terlalu santai mendaftar, jadinya saya mendaftar di hari pertama pendaftaran UTBK gelombang kedua. Setelah itu saya lihat-lihat tanggal yang tersedia, ternyata masih banyak yang kosong. Kata bapak saya pilih aja tanggal pertama biar gak terlalu dekat sama Lebaran, yaudah saya nurut aja akhirnya saya pilih tanggal 11 Mei yang mana itu tanggal pertama di gelombang kedua. Ohh iyaa saya juga pilih sesi siang biar ada waktu untuk tidur dulu, karena sekarang kan udah masuk puasa ramadhan. Biar gak buru-buru juga. Hehe..

Lalu setelah memilih tanggal UTBK, saya harus memilih pusat UTBK. Saya cari-cari pusat UTBK yang berada di UNSIKA dan alhamdulillah masih tersedia. Yaudah tanpa mikir panjang saya langsung pilih disitu. Setelah selesai mendaftar, keluar dah nama tempat untuk UTBK gelombang kedua saya yaitu di kampus UNSIKA. Wahh.. Saya senang sekali, ternyata ujiannya benar-benar di UNSIKAnya bukan di sekolah-sekolah kayak kemarin gelombang pertama. Untuk urusan survei lokasi UTBK gelombang kedua ini saya kira tidak perlu. Kenapa demikian? Karena lokasi berada tepat di kampus UNSIKA, yang mana itu merupakan kampus tempat abang saya menimba ilmu disana. Jadinya bisa sekalian aja dianterin tanpa perlu repot-repot survei lagi.


Tibalah pada hari pelaksanaan UTBK gelombang kedua. Saya berangkat dari rumah jam 11 siang naik motor ditemenin abang saya. Perjalanan sekitar satu jam dari Cibitung ke Karawang. Nyampe sana itu sudah azan Zhuhur, yaudah sekalian solat dulu di masjid UNSIKA. Dan setelah itu barulah saya melaksanakan UTBK gelombang kedua di hari pertama dengan penuh keyakinan.

UTBK-gel-2.jpeg


Alhamdulillah hirobbil'alamin.. Semua berjalan dengan lancar dan baik. Tidak ada kendala selama pelaksanaan UTBK berlangsung. Saya rasa UTBK gelombang kedua ini lebih mudah dikerjakan daripada yang pertama. Soalnya saya jawab soalnya lebih banyak yang bisa dibandingkan dengan gelombang pertama. Pengerjaannya juga lebih nyaman kali ini karena ruangannya berAC dan komputernya lebih besar dari yang di Bogor kemarin.


Kekurangannya masih sama dengan gelombang pertama yaitu terletak di waktunya. Tidak ada waktu istirahat. Jadi tidak ada jeda waktu antara pengerjaan TPS dan TKA Saintek. Semua disatukan pengerjaannya selama kurang lebih empat jam lamanya. Apakah panitia tidak evaluasi dari gelombang pertama ya? Kan udah banyak yang komplain sebenarnya. Tapi entah kenapa seperti tidak ada tanggapan yang berarti dari pihak LTMPT.

Setelah selesai mengerjakan UTBK gelombang kedua di hari pertama, saya sholat Ashar dulu di masjid UNSIKA lagi lalu setelah itu barulah saya pulang ke rumah. Selama perjalanan pulang, eh di tengah jalan sudah keburu azan maghrib akhirnya saya buka dulu di jalan, untungnya udah jaga-jaga bawa air minum. Saya buka puasa hanya pake air, yang penting udah ngebatalin. Setelah itu lanjut dah pulang. Perjalanan pulang jadi lebih lama karena agak sedikit macet disebabkan banyaknya orang yang keluar mencari hidangan berbuka. Yaa maklum lah.. Kan bulan puasa. Akhirnya saya nyampe rumah sekitar jam setengah tujuh malam. Saya langsung melanjutkan berbuka dan beristirahat.


Yak, mungkin itu saja yang bisa saya ceritakan tentang pengalaman UTBK untuk yang kedua kalinya kemarin. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi siapapun kalian warganet yang nyasar ke sini. Kurang lebihnya mohon dimaafkan.


Read More