Jumat, 24 Mei 2019

Ketika saya berusia 19 tahun

Assalamu'alaikum.. Selamat malam sobat blogger! Alhamdulillah di hari yang berkah dan bulan yang mulia ini, saya masih diberikan kesempatan hidup oleh Sang Pencipta. Ini adalah momen yang jarang sekali terjadi, dimana hari kelahiran saya bertepatan dengan hari Jumat di bulan suci Ramadhan. Sungguh sebuah kenikmatan yang luar biasa jika saya dapat mensyukurinya.

24 Mei selalu menjadi tanggal yang bermakna bagi hidup saya. Menjadi hari pertambahan usia menjadi 19 tahun dan menjadi tanda berkurangnya umur hidup saya di dunia. Walaupun belum banyak yang berubah dalam diri saya selama kurun waktu satu tahun ini. Tapi setidaknya, saya jadi lebih tenang dalam menjalani rutinitas kehidupan. Berkat berbagai macam ujian yang menimpa saya tahun lalu. Setelah itu saya mencoba menikmati hidup dengan menjalankan hobi dan kesenangan saya yang dulu sempat terhenti. Begitu nikmat dan sederhana. Itulah barangkali kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan seperti apa usaha saya untuk merawat diri ini agar tetap sehat dan bahagia. Dan seperti biasa, saya ingin sedikit mengulas perjalanan selama setahun kebelakang, yang kali ini cukup mengguncang hati dan pikiran.

Di usia ini saya bukan lagi seorang remaja, bukan juga seorang dewasa. Masih ditengah-tengah. Belum cukup jika saya disebut orang dewasa, karena masih ada beberapa tahapan yang belum bisa dipenuhi. Walau sebenarnya saya sudah tau harus berbuat apa, tapi saya masih belum cukup kuat untuk melakukannya. Mungkin butuh waktu lebih banyak lagi untuk bisa memenuhi tahapan tersebut, karena saya rasa selama ini saya hanya terfokus pada sekolah. Jadi hal-hal seperti ini seakan-akan sudah tidak diperhatikan. Padahal ini juga penting untuk diri sendiri, terlebih di saat seperti ini, saat masa transisi menuju kedewasaan.

19-tahun.jpeg


Selama berusia 18 tahun kemarin, saya lebih banyak mengutuk diri sendiri. Ada semacam rasa kekurangan yang luar biasa. Saya terlena dalam derita tak berujung. Saya sempat tenggelam dalam penyesalan dan kesedihan masa lalu yang perih. Saya sibuk memikirkan keadaan ideal yang seharusnya terjadi. Saya sibuk membuat diri ini menjadi seseorang yang pantas untuk diperhatikan dunia. Kesibukan-kesibukan tersebut menambah beban pikiran, sehingga saya terus menerus menengok ke belakang dan sulit rasanya untuk melangkah maju dan menatap masa depan. Kegiatan semacam ini berjalan terus selama kurang lebih 240 hari. Sungguh sangat menyiksa batin. Ditambah setelah saya mengalami kejadian paling menyakitkan dalam hidup dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, saya dari dulu punya kecenderungan untuk mengakhiri hidup. Saya pun tak menyangkal. Satu-satunya hal yang mencegah saya untuk melakukannya sampai saat ini adalah saya sangat takut jika nanti masuk neraka dan disiksa selamanya di sana. Sangat mengerikan bukan..? Saya pikir gapapa dah menderita di dunia daripada di akhirat.

Akhirnya setelah sekian lama saya terbelenggu oleh kegelapan yang menyelimuti hari-hari, saya bertekad untuk mencari ketenangan jiwa. Salah satunya dengan cara menjauhkan diri dari media sosial dengan segala kemegahannya. Karena menurut saya media sosial sudah terlalu banyak racun yang dapat merusak pola pikir saya. Saya memutuskan untuk membatasi seluruh chat yang masuk dan lebih memilih tuk menengok ke dalam diri sendiri mencoba mendengarkan suara batin yang selama ini terlupakan. Melihat kegaduhan dalam pikiran, merasakan tubuh yang sedang berontak karena terlalu lelah dengan semua derita, dan berusaha berdamai dengan diri sendiri. Merawat kembali batin saya yang hampir hancur. Karena saya sudah terlalu banyak menyalahkan diri ini tanpa ada rasa syukur sedikit pun. Astagfirullah.. Sungguh saya sangat merugi sekali.

Prosesnya pun tak secepatnya yang dibayangkan, karena ini adalah tahap yang amat panjang. Sampai saat ini, saya masih terus melakukannya. Karena itu merupakan tanggung jawab hidup saya selamanya. Kalau bukan sekarang kapan lagi saya punya waktu selonggar ini.. Kalau bukan saya siapa lagi yang bisa memperbaiki diri ini..? Perlahan-lahan saya belajar untuk mengenali apa saja yang terjadi dalam diri ini. Sebab tak ada yang lebih mengenal saya selain diri saya sendiri.


Yaaa.. lagi-lagi Ini semua tentang waktu. Karena seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang kehidupan pasti akan bertambah. Suka duka akan datang silih berganti, banyak orang yang datang dan pergi, mereka akan hadir mengisi hari-hari saya dalam menjalani takdir indah yang telah Tuhan tuliskan untuk saya. Kedepannya, cepat atau lambat saya akan mengalami proses yang memerlukan tenaga, kerja keras dan juga iman yang kuat di usia yang baru ini. 19 Tahun, bagi saya bukanlah usia yang main-main. Di usia ini saya sudah dituntut untuk bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukan. Itu yang selalu ditekankan oleh orang tua saya, terutama bapak. Beliau terkadang menyediakan waktunya walau sedikit untuk membimbing dan memotivasi saya di tengah kesibukan dan kepadatan jadwal saya akhir-akhir ini. Terima kasih pak, do'amu untukku dalam meraih cita-cita dan kesuksesan selalu kau panjatkan untukku. Maaf belum mampu mengubah apa yang buruk dalam diri ini sejak dulu kala. Tapi aku selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Aku sudah yakin aku sedang berjalan menuju ke arah kebaikan.



24 Mei 2019

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan komentar, bebas asal sopan dan relevan.