Senin, 24 Desember 2018

FIFTH ANNIVERSARY

Yak selamat malam sobat blogger!
Alhamdulillah..  Masih ketemu lagi dengan tanggal 24 desember tahun ini. Tidak terasa, blog ini sudah berjalan lima tahun. Sebuah angka yang tidak mudah diraih dan dicapai sejauh ini, terlebih dengan kemalasan dan kesibukan yang tak pernah berhenti berdatangan.

2018 adalah tahun kelima dari sebuah Blog usang yang tak istimewa ini. Berdebu tanpa ada yang berkomentar. :( Memang selalu menyenangkan bila Blog kita memiliki banyak pengunjung. Membuat kita tambah semangat untuk membuat posting berikutnya. Tapi walau begitu, yang membuat blog ini tetap hidup hingga berumur 5 tahun adalah isinya. Saya selalu berusaha terus menyajikan post yang enak dibaca walaupun cuma coretan atau curahan sekali lewat. Karena saya ingin benar-benar bebas berkarya tanpa ada tekanan dari siapapun.

FIFTH-ANNIVERSARY.jpg


Kalau diingat-ingat lagi, dulu saat memberanikan diri untuk bikin blog, saya tak pernah tau bagaimana caranya saya mencari ide yang bagus dan segar. Hanya modal nekat aja. Tapi dengan berbagai kunjungan ke teman sesama blogger, saya jadi tau dan banyak belajar dari para mastah blogger. Setelah itu saya jadi menemukan cara agar aktivitas berinternet-ria ini bisa menjadi suatu kegiatan yang positif. Bisa jadi sarana untuk curhat juga kalau lagi gak ada yang mau mendengar. Tanpa banyak bicara, hanya dengan kata-kata saja. Sekalian melatih diri untuk bisa menyusun kata-kata yang indah. Terasa sangat nikmat sekali jika kegelisahan saya dapat disalurkan dalam bentuk tulisan.

Harapan saya di usia yang baru ini hanya satu, yaitu ingin kembali lagi produktif membuat postingan setiap bulannya. Itu saja. Tidak mudah namun tidak sesulit yang dibayangkan juga, hanya butuh konsistensi yang lebih tinggi lagi dari yang sebelumnya. Semoga saya bisa!


241218



Oke cukup sekian. Terima kasih.



Read More

Sabtu, 01 Desember 2018

Merasa Tak berguna

Selamat malam sobat blogger.. Bulan Desember selalu menjadi penanda bahwa tahun ini akan segera berganti. Jika saya lihat kembali, 2018 saya banyak hancurnya daripada baiknya. Dan orang yang paling sering saya sakiti adalah diri saya sendiri. Saat saya gagal, saya pernah berteriak, Dasar manusia tidak berguna! Saat orang-orang di lingkungan sosial terdengar mulai membicarakan saya karena saya memilih jalan yang berbeda yaitu Gap Year, saya malah menyalahkan diri sendiri. Bukan malah bergegas memeluknya. Seolah-olah jalan yang saya pilih ini adalah sebuah kesalahan.

useless.jpeg


Hal seperti ini bisa dianalogikan seperti orang tua yang sangat kejam nan perfeksionis. Coba bayangkan saja, setelah anaknya mati-matian belajar siang dan malam, ketika nilai ujian keluar, dan nilai si anak ini tidak sesuai harapan (baca: sangat rendah) , bukannya malah memeluk anaknya, si orang tua ini dengan kejam berteriak, Dasar anak gobl*k! Dasar anak tidak berguna! Mati aja lu bangs*t! Kemudian dengan santainya mereka pergi meninggalkan si anak, tanpa pernah melihat perjuangan yang telah anak ini lakukan.

Sakit tapi tak berdarah. Itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan betapa tersiksanya saya berada dalam kondisi seperti ini. Dan itu semua terjadi pada diri saya. Mungkin karena belum menerima sepenuhnya segala tragedi yang telah terjadi, saya jadi sangat kejam pada diri sendiri. Saya selalu membayangkan kondisi ideal yang seharusnya terjadi jika saya mengambil keputusan yang berbeda saat dihadapkan pada sebuah pilihan. Mulai dari urusan sekolah, pertemanan sampai urusan keluarga. Saya terlalu jauh memikirkan itu semua. Sampai-sampai terkadang saya tidak peduli dengan hal yang seharusnya saya perhatikan, yaitu diri sendiri. Padahal jiwa dan raga saya juga butuh perhatian. Tapi, saya juga masih bingung bagaimana cara memberikan asupan energi positif untuk diri ini. Alih-alih menghargainya segala usaha yang telah saya lakukan, saya malah terkadang mentitik fokuskan pada hasil.

Itulah barangkali sekelumit kegelisahan selama enam bulan pertama saya menjalani Gap Year. Memang awalnya sih saya pede menjalani pilihan ini, tapi setelah beberapa bulan kemudian saya pun termenung meratapi nasib. Diri ini benar-benar tak bisa membohongi perasaan. Saya mulai kecewa terhadap diri saya sendiri. Saya masih terus mencari solusi gimana caranya melakukan pembiasaan terhadap situasi meresahkan seperti sekarang ini terjadi agar tak mengganggu kegiatan belajar saya untuk persiapan SBMPTN. Namun sampai sekarang saya belum menemukan jalan keluarnya. Saya berharap ini tidak berlangsung lama, karena ini sangatlah mengganggu.


Read More

Rabu, 21 November 2018

SENDIRI

Terkadang seseorang butuh sendiri untuk beberapa saat. Di saat semua hal yang diinginkan belum ada satu pun yang menjadi kenyataan. Banyak orang bilang di balik cobaan selalu ada hikmah. Namun sampai sekarang saya belum menemukan hikmah dari peristiwa paling menyakitkan dalam hidup saya ini. Membuat diri saya menjadi stres. Sungguh tak mengenakkan.



Hidup di era digital, dengan segala kemudahannya, telah menyebabkan meningkatnya isolasi sosial yang tajam dalam hidup saya. Saya jadi tak bisa merasakan kembali nikmatnya berbagi cerita dengan sesama manusia. Kadang saat saya ingin bercerita tentang kondisi yang saya jalani begitu berat sama seseorang, kebanyakan malah pada bilang, Masih banyak masalah yang lebih berat dari apa yang lo rasain sekarang, seharusnya lo lebih bersyukur! Hal seperti inilah yang bikin saya lebih milih memendam apa yang saya rasakan daripada harus bercerita. Sekalipun harus dikeluarkan dari kepala, saya memilih blog ini sebagai pelarian bercerita daripada ke manusia.

Suasana ramai di sekitar saya tak sanggup mengusir kesunyian hati. Perkataan yang keluar dari mulut-mulut orang yang mencintai saya tak sanggup membakar semangat jiwa ini. Ajakan mereka untuk bergembira dan memaksimalkan hidup yang cuma sekali ini dengan berbagai kebaikan tak dapat memotivasi diri saya. Hiburan yang mereka berikan belum bisa menghapus kepedihan luka yang masih terasa. Mereka tak pernah tau apa yang telah terjadi terhadap diri saya sampai-sampai saya harus mengisi hari-hari dengan rasa sakit lagi dan lagi. Rasanya saya belum mampu untuk menceritakan kebenaran yang sesungguhnya.




Saya pikir, selepas SMK saya akan meninggalkan dunia ini. Tapi nyatanya, saya masih hidup sampai sekarang. Setiap hari, saya berpikir apakah hari ini saya akan mati? Mungkin karena itu pula, saya tidak punya impian yang benar-benar ingin diraih. Saat ini, teman saya di saat sendiri hanyalah luka yang masih basah. Saya kesakitan, dan tak sadarkan diri begitu saya lihat seberapa besar lukanya. Pedihnya tertancap hingga ke dalam jiwa. Tangis sertai air mata terus membasahi hati. Kalau dipikirkan lebih jauh, saya merasa seluruh isi bumi berkonspirasi untuk menjatuhkan dan melukai saya. Membuat saya terkadang merasa tidak nyaman lagi dengan hidup ini. Saya menderita, depresi, dan cemas. Seperti sudah tak ada energi untuk menjalankan hidup. Rasanya saya tak ingin bermimpi tuk sementara waktu. Karena mimpi-mimpi saya saat ini tak membuat diri ini menjadi tenang.

Jangankan untuk bermimpi, untuk sekedar menikmati matahari terbit saja saya tak mampu. Saya terlalu sibuk. Sibuk berperang dengan musuh sejati, sibuk beradaptasi pasca kelulusan sekolah, dan sibuk membantu orang tua. Dari semua kesibukan tersebut membuat diri saya makin tenggelam. ketika kesibukan itu berakhir, meninggalkan rasa hampa dalam sepi yang memaksa saya untuk mencari kesibukan lain. Begitu terus siklusnya sampai-sampai ada hal penting yang terlupakan oleh saya, yaitu belajar untuk persiapan menghadapi test masuk perguruan tinggi dengan giat. Ini adalah misi utama saya saat memutuskan untuk gap year lima bulan yang lalu.

Emangnya gak ada hari libur? Libur sih ada.. Tapi yaa gimana ya.. Entahlah.. Saya rasa ini antara males atau otak saya yang sudah mengatur demikian. Saat hari libur tiba, saya paling tidak bisa belajar di hari tersebut karena saya menggunakannya untuk meliburkan pikiran saya. Saya yakin otak ini tak henti-hentinya bekerja keras setiap hari setiap saat hingga overthinking. Menyalahkan keadaan yang rumit bahwa saya tidak dapat merasakan nikmatnya hidup. Meskipun saya udah punya niat belajar, tapi pasti ujung-ujungnya nggak tersentuh juga materi SBMPTN sama saya. Yaa.. Tidak masalah juga sebenarnya, selama libur kemarin saja saya tidak belajar sama sekali untuk materi SBMPTN karena saya sibuk untuk melakukan aktivitas yang lain, jadi saya terkadang tidak peduli sama sekali tentang perkuliahan. Saya ingin belajar tapi tidak bisa belajar jika bukan waktunya. Walaupun sudah ada arahan dari bapak tercinta, tapi rasanya saya belum punya semangat lebih dalam menjalankan tujuan tersebut. Masih setengah-setengah dalam menjalankan kewajiban belajar. Bisa dibilang saya belajar ketika saya mood dan waktunya pas untuk menyerap ilmu baru. Padahal kalau dipikir-pikir, sudah tinggal hitungan bulan UTBK SBMPTN akan segera dilaksanakan kembali. Hmm..




Satu hal yang saya butuhkan saat ini adalah tempat untuk menyendiri, dimana saya bisa terbebas dari tekanan-tekanan itu, untuk dapat lebih bisa merasakan rasa bersyukur atas kehidupan yang saya miliki. Saya sangat membutuhkan umpan balik dari alam semesta agar saya dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Read More