Rabu, 07 November 2018

Racun Dunia

Saya pernah berkata bahwa kita harus pandai bersyukur atas segala hal yang telah diberikan Tuhan. Barangsiapa yang bersyukur maka nikmatnya akan ditambah, begitu lah firman-Nya. Namun apa boleh buat, saya hanyalah manusia biasa yang lemah dan kekanak-kanakan. Masih jauh dari kata sholeh dan dewasa. Saya tak bisa setiap saat memiliki pikiran positif, ada kalanya pikiran saya dipenuhi awan hitam. Seperti saat ini, suasana hati saya sedang kacau dan memaksa diri ini untuk terus mencari-cari kesalahan di masa lalu. Akhir-akhir ini saya sering mengeluh daripada mensyukuri segala kasih sayang Tuhan. Tapi ini bukan tanpa alasan, ada hal yang mendasari saya untuk terus bergumul dengan diri sendiri dan belum bisa sepenuhnya bersyukur. Kenapa saya bisa seperti itu? Mari saya saya jelaskan lebih dalam..

Jadi begini ceritanya..

Dalam tiga tahun yang luar biasa kemarin, ada satu hal yang terasa sangat berguna bagi saya. Sekarang saya mempunyai pandangan yang lebih baik dalam menjalin komunikasi, khususnya terhadap perempuan. Saking baiknya, malah membuat saya merasa sangat sedih. Sedih karena telah mengetahui kenyataan bahwa banyak sekali perempuan yang  yang sifatnya sangat beragam. Bahkan bukan hanya perempuan, tapi manusia pada umumnya.

Di masa putih abu-abu saya, tingkat persaingan untuk mencapai peringkat itu sangat tinggi. Semua teman berlomba-lomba untuk menjadi orang yang bisa menguasai suatu materi demi sebuah nilai. Tak ada yang persatuan dan kesatuan selama saya SMK. Semua sibuk dengan komunitasnya sendiri. Yang pintar makin pintar, yang bodoh makin bodoh. Padahal berkompetisi memang bisa dipandang sebagai suatu hal positif, yaitu sebagai pemicu semangat. Tetapi ada kalanya hal ini menjadi duri dalam menjalin hubungan pertemanan.

Teman yang terlihat begitu suportif dan responsif, tetapi di sisi lain, mereka tampak sangat kejam. Mereka bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang diinginkan —dalam kasus ini berarti untuk mendapatkan nilai. Singkatnya yaitu persaingan yang tidak sehat. Dampaknya terhadap saya adalah banyak teman yang meremehkan kemampuan saya, bahkan mencibir tindakan yang saya pilih. Saya jadi tidak bebas untuk berekspresi. Ditambah lagi, ada teman yang sering mengejek dan mempermainkan saya. Saya kira mereka tak punya hati kali ya? Seenaknya aja melakukan hal ini dan itu kepada orang lain. Hm.. Bertambah ancur lah kisah hidup saya saat itu.

Namun harus saya akui, dalam beberapa kesempatan saya masih sering membuat penilaian yang keliru. Orang yang selama ini saya anggap teman baik, sangat baik, bahkan terlalu baik malah menjadi orang yang selalu membuat saya jalan di tempat. Dalam artian bahwa saya tidak dapat berkembang. Terjebak di situ-situ aja. Mereka datang ke saya jika ada butuhnya. Jika tak ada kepentingan, yaa saya diabaikan begitu saja. Ujung-ujungnya saya harus sendiri lagi dalam waktu yang cukup lama.


Selain itu, ada lagi sifat yang sangat mengganggu saya dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Yaitu sifat perfeksionis. Sifat yang baru saja saya sadari setelah lama bersemayam di dalam diri. Ternyata hal yang paling saya takutkan itu terjadi juga. Saya tertular suatu sifat yang melekat pada monster biadab orang yang telah menginjak-injak harga diri saya beberapa waktu yang lalu. Kondisi dimana saya selalu menginginkan kesempurnaan dalam setiap hal. Sifat ini sangat mengganggu saya dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Misalnya saat saya sedang beres-beres kamar, saya harus memastikan dengan baik semua sudut kamar sudah bersih, kalau belum saya akan terus beres-beres sampai semuanya itu terlihat rapih dan indah. Lalu ketika saya ingin belajar, kalau saya mencari buku pelajaran dan alat tulis tapi gak ketemu-temu juga, akhirnya saya gak jadi belajar. Karena itu sudah merusak mood belajar saya. Jadi buku pelajaran materi SBMPTN dan alat tulis itu harus ada semua di satu meja. Sungguh menyebalkan. 


Kalau tau akan mendapatkan sifat seperti ini, mungkin saya tak akan pernah mau 'berteman' dengan dia. Seperti halnya virus, sifat ini dapat menyebar jika terlalu lama berinteraksi dengan pemilik sifat tersebut. Saya ingin sekali memotong rantainya! Namun apa daya, yang terjadi malah sebaliknya, saya terus melanjutkan polanya. Saya menjadi pribadi yang selalu menginginkan kesempurnaan. Saya muak menyerupai orang yang paling saya benci!

Sampai sekarang rasa penyesalan ini akan terus mendarah daging. Rasanya seperti melukai diri dan terus melukai diri. Ibarat pohon, setegar apa pun dia berdiri kalau masih dihinggapi oleh parasit, maka dia hanya akan menunggu waktu untuk roboh dan mati. Begitu pun dengan hati manusia setegar apa pun dia, jika ia terus mendapat tekanan di sekelilingnya, maka bukan tidak mungkin dia akan rapuh dan hancur. Tekanan tersebut berasal dari sifat yang telah tertular dari monster terkutuk  tersebut. Ingin sekali menghilangkan sifat perfeksionis ini. Tapi saya belum mampu. Lelah rasanya saya mengatasi segala ketidakberdayaan diri sendiri.

racun-dunia.jpeg


Sering kali saya mendengar bahwa 'wanita adalah racun dunia'. Sudut pandang yang melahirkan konsep bahwa wanita adalah sesuatu yang dapat memberikan dampak buruk pada siapa pun. Namun bagi saya, orang-orang yang seperti saya jelaskan di atas adalah sebenar-benarnya racun dunia. Mereka benar-benar menghancurkan sendi-sendi kehidupan manusia. Memberikan dampak yang buruk bagi siapa pun yang pernah mengenalinya. Berdasarkan pengalaman saya ini, saya jadi ingin berbagi hal yang saya kira perlu untuk diketahui oleh khalayak ramai. 

Pergaulan kalian bisa jadi beracun jika:

  • Gaya bicaramu jadi tak sopan.
  • Uangmu cepat habis pas sama mereka.
  • Kamu jadi memiliki sifat buruk yang sama dengan mereka.
  • Kamu sering ditindas secara psikologis pas sama mereka.

Itulah yang sering saya rasakan. Ternyata, Lingkaran pertemanan yang sudah beracun itu berbahaya. kalau ada yang berubah dalam lingkaran tersebut, diri sendiri yang akan kehilangan arah. Memang dekat itu perlu, tapi jangan terlalu erat. Jalani saja tanpa harus sejalan dengan mereka. Karena pada akhirnya kita akan sendiri-sendiri juga seiring berjalannya waktu.

Memang tidak semua teman sekolah saya sifatnya seperti itu, tapi memang ada beberapa teman yang seperti itu. Tak perlu menyebutkan namanya, saya rasa tidak penting juga merusak nama baik orang. Yang ingin saya tekankan di sini adalah kita harus berhati-hati dengan orang yang seperti tadi saya jelaskan. Mereka layaknya racun yang dapat merusak pola pikir manusia. Mereka bisa menyerap energi pada tubuh seseorang. Dan jika sudah tertular sifat-sifat buruk dari racun dunia tersebut, bukan tidak mungkin kita akan menjadi racun selanjutnya. Amit-amit dah.. Naudzubillahi min dzalik.. Mudah-mudahan, dengan mengetahui lebih banyak sifat-sifat buruk manusia, tidak membuat saya bosan untuk belajar dan berteman dengan sesama manusia. Aamiin..


Read More

Rabu, 31 Oktober 2018

Angan-angan mengikat tubuh

Siapa yang tak pernah melamun? Membayangkan kehidupan yang lebih baik, membayangkan hal-hal yang lebih indah, ataupun membayangkan hal yang mustahil untuk dilakukan. Jelas, semua orang pasti pernah melakukan hal tersebut. Melamun merupakan aktivitas di luar kesadaran manusia yang bisa membawa kita melupakan sejenak kenyataan yang ada dan membawa kita ke dunia batas lain sesuai keinginan kita. Dan Itulah aktivitas yang akhir-akhir ini sering saya lakukan. Melamun tentang kelanjutan dari perjalanan hidup saya. Mulai merasakan apa yang disebut dengan 'pengangguran'. Rasanya setiap hari tidak berwujud. Hanya bisa berangan-angan dan melamun tentang kelanjutan dari perjalanan hidup saya ini. Masa depan saya pun berjalan dengan lambat. Setelah gagalnya saya lolos seleksi kuliah lewat jalur SBMPTN, otak ini selalu berpikir gimana caranya agar saya tak merasa bersedih menjawab chat teman yang selalu bertanya apakah saya lolos atau nggak. Cukup menguras perasaan sebenarnya, tapi ya mau gimana lagi. Ini sudah takdir.

melamun.png


Sedikit bercerita ya sob, kurang lebih satu tahun yang lalu saya pernah membenci diri sendiri. Itu semua bermula ketika saya pernah menyia-nyiakan masa SMP yang berakibat saya sulit untuk beradaptasi dengan jenjang sekolah selanjutnya. Saya jadi tidak tau tahapan apa yang harusnya bisa dilalui dengan baik. Waktu SMP saya sama sekali tidak peduli akan bagaimana kehidupan saya nantinya di masa yang akan datang. Segala beban yang banyak dan mungkin berat selalu tak sempat saya pikirkan. Jangankan untuk memikirkannya, membayangkannya akan seperti apa tantangan besar yang mungkin menghampiri saya di masa mendatang sama sekali belum terlintas dalam pikiran saya waktu itu. Saya terlena dengan segala macam keasikan remaja puber. Rasanya saya ingin kembali ke masa lalu untuk mengubah semuanya. Kalau tau anak SMK agak sedikit sulit untuk dapat mengejar materi SBMPTN, seharusnya saya memilih SMA. Hmm.. Tapi apalah daya manusia pendosa ini memilih untuk pasrah mengikuti kehendak orang tua. Lagi-lagi semua karena kesalahan saya yang tidak mau cari tau tahap apa saja yang harus dilalui agar bisa menuju ke pendidikan yang lebih tinggi lagi.


Kalau boleh jujur, di masa SMK kemarin saya ngebatin banget sob! Pikiran saya habis buat mikirin itu SMK. Saya gak ikut organisasi populer, komunitas, atau lainnya. Lama-kelamaan saya jadi nyaman menyendiri dan menikmati kesendirian itu. Selama ini belum ada pencapaian yang benar-benar spesial dalam hidup saya. Biasa saja. Sekarang, temen-temen saya udah ada yang pada kerja dan kuliah. Sedangkan saya gak tau harus kerja atau lanjut lagi belajar buat SBMPTN tahun depan. Kerjaan saya cuman bantu orang tua, makan, tidur, dan baca tulis gak jelas di rumah. Sedangkan, Tekanan di dalam pikiran sudah timbul sejak lama dan membuat saya  sedih hingga mengganggu rutinitas tersebut. Saya mau cerita sama orang tua saya tentang ini. Tapi gak berani sob, takut nambah beban pikiran mereka. Di kala orang mulai sudah mulai ngejar tujuan hidupnya, saya malah masih kebingungan tuk memulai langkah pertama yang sempurna.

monster.png


Bisa dibilang semua pikiran Ini muncul dikarenakan monster itu datang lagi dan mengusik suasana hati saya yang sedang melakukan pemulihan. Ancaman demi ancaman terus dilakukan oleh makhluk terkutuk nan biadab ini agar saya terus mengikuti kemauannya. Sungguh tak mengenakkan bukan..? Membuat saya benar-benar ingin secepatnya melupakan masa putih abu-abu kemarin. Terlalu banyak penderitaan yang saya rasakan dibanding kesenangan sebagaimana kebanyakan remaja di luar sana. Dalam suasana hati yang penuh tekanan karena banyaknya orang yang merusak, kecenderungan hati saya sebenarnya hanya butuh tempat pelampiasan. Tempat untuk mencurahkan segala beban yang ada. Dan saya pikir hanya di blog ini saya bisa sesuka hati menulis apa pun yang saya inginkan. Kebetulan, blog ini juga nggak ada yang baca. Kesempataan saya buat mencurahkan isi hati dan pikiran. Bodo amat lah mau dibilang cemen atau lembek. Intinya saya ingin bebas dari segala ketidakberdayaan ini!


Read More

Kamis, 11 Oktober 2018

Masa Suram

Entah kenapa malam ini saya gak bisa tidur seperti biasanya. Ada suatu hal yang harus dikeluarkan dari kepala ini agar bisa menuju alam mimpi. Sepertinya tantangan besar yang kemarin saya hadapi nampaknya belum benar-benar selesai. Masih ada jeratan yang tak mau lepas dari hidup saya. Sangat meresahkan sekali. Bikin perasaan saya jadi gak karuan begini. Entah apa yang ada di pikirannya, sampai-sampai saya harus mengisi hari-hari dengan rasa sakit lagi. Padahal baru tiga minggu saya merasakan nikmatnya kebebasan dari segala belenggu yang selama ini menyiksa, mencoba menikmati hidup, dan yang paling penting yaitu berusaha bangkit setelah terjatuh. Ehh.. Kenapa 'Monster' itu datang lagi ke dalam hidup saya!

masa-suram.jpg


Membuat saya semakin yakin bahwa seluruh masa sekolah saya benar-benar tak menyenangkan. Saya rasa tidak ada yang spesial di masa sekolah selama 12 tahun ini. Yang ada malah rasa sakit dan penderitaan yang tak berujung. Sedih karena gak bisa benar-benar merasakan kenikmatan sekolah yang sesungguhnya. Saya merasa telah menyia-nyiakan waktu sekolah begitu saja tanpa ada akhir yang begitu puas. Teman sebaya saya kebanyakan lebih memilih untuk berkata ‘sabar ya’ dengan nada menenangkan, daripada memilih untuk menemani dan menghilangkan pikiran negatif ini. Orang lain pun cenderung lebih memilih untuk menyemangati lalu pergi menghilang daripada memilih untuk merangkul dan tetap menemani hari-hari gelap saya. Rasanya seperti terpisah dari kenyataan dan lingkungan sekitar. Kalau sudah seperti itu, satu-satunya cara untuk mengurangi beban yaitu dengan mencurahkannya dalam bentuk tulisan di blog sunyi ini. Saya jadi ingin sekali bercerita sedikit tentang masa-masa sekolah. Jadi begini..


Masa SD saya cukup suram karena tak punya teman yang pasti, kalaupun ada yaa paling teman yang hanya datang kalo lagi ada tugas, selebihnya saya selalu sendiri. Nahh.. Di masa SMP saya sudah mulai membaik, udah bisa berbaur dan mempunyai teman yang unik, tapi tetap aja kurang nikmat karena suatu hal buruk terjadi. Dan masa SMK adalah masa yang paling terasa penderitaannya bagi saya. Untuk kesekian kalinya saya menelan pil pahit. Tapi yang ini lebih pahit daripada masa SMP. Masa terberat bagi saya ada di masa putih abu-abu. Walaupun awalnya saya bisa mengikuti, tapi makin lama makin sulit bagi saya. Terlebih di semester akhir, saya mengalami pergolakan hati dan pikiran yang luar biasa. Saya hampir menyerah waktu itu karena merasa sudah tak sanggup lagi. Tiga tahun saya melewati dengan berbagai rintangan yang datang. Tugas-tugas aneh yang selalu menyita waktu. Banyak acara yang cuma menambah beban pikiran. Peraturan yang membatasi ruang gerak kehidupan saya. Dan teman yang mulai berkubu-kubu. Pada akhirnya saya dapat menyimpulkan, ternyata sekolah favorit tidak menjamin bahwa isinya itu yang terbaik. Itulah mengapa saya pernah mengatakan bahwa di masa SMK ini sangat menampar saya akan realitas hidup yang terjadi.

Karena hal-hal itu saya jadi sering sendirian saat akhir semester, sering sedih bahkan sampai menangis terlalu lama dengan perasaan sedih yang mendalam. Eitts.. Menangisnya tentu tidak dengan air mata, tapi di dalam hati. Jujur aja saya jarang atau bahkan susah sekali untuk meneteskan air mata ini. Entah kenapa saya seperti itu? Apa ada yang salah? Saya tak tahu. Hidup ini terasa abu-abu. Bukan benar atau salah. Tapi lebih kepada menerima kenyataan bahwa saya sedang berada diambang krisis jati diri. Pendirian saya mulai runtuh. Tergrogoti oleh perundungan yang terus berlangsung selama lebih dari satu dekade. Sudah Begitu lama saya terperosok di dalam gelapnya keterpurukan. Tak ada lagi yang bisa saya lakukan selain bertahan. Berharap ada sinar yang menyelinap masuk ke dasar hati saya dan memantik kembali api semangat saya yang sudah lama padam.


Bagi kebanyakan orang, masa putih abu-abu itu adalah masa yang paling indah saat sekolah. Tapi bagi saya masa yang paling indah dan seru sampai saat ini....  belum ada. Saya tak menemukan satupun keindahan masa sekolah. Bagi saya sekolah itu hanya untuk mengisi waktu luang dan untuk mendapatkan ijazah. Tak lebih dari itu. Bisa dibilang saya sebenarnya benci masa-masa di SMK. Ohh jangan benci kali ya, terlalu sadis. Oke dah saya ganti jadi, gak suka. Saya harap nanti ketika saya kuliah, ini akan menjadi masa yang benar-benar indah. Yang dapat saya nikmati setiap harinya. Saya harap seperti itu. Menjadikan masa kuliah adalah masa-masa yang paling indah!


Read More