Minggu, 13 Mei 2018

Akhir untuk Awal yang baru

Yak hari ini adalah hari baru! Hari ini adalah awal dari masa depan! Langkah awal menemukan jati diri! Saya tidak menyangka bahwa hari ini akan datang juga. Saya telah sampai pada akhir dari sebuah perjalanan sekolah. Ketika hari terus berganti menjadi pasti, setiap kelulusan pasti selalu ada perpisahan, baru saja kemarin saya melaksanakan wisuda SMK. Akhirnya saya sudah menyelesaikan apa yang telah saya mulai walau itu berat. Bagi saya, akhir perjalanan sekolah ini adalah awal sebuah perjalanan yang lebih besar. Sedikit perasaan sedih karena status sebagai seorang pelajar kini telah hilang dari diri saya. Saya sudah melaksanakan wajib belajar selama 12 tahun lamanya. Serasa baru kemarin masuk SD, ehh sekarang udah lulus SMK aja. Memang waktu itu sangat cepat berlalu jika kita fokus pada masa depan.



Satu per satu teman disekitar saya mulai pergi. Mereka sudah mulai menapaki masa depan yang sudah terlihat. Pada dasarnya memang kita semua berpisah, namun perpisahan ini adalah awal dari kita menjalani kehidupan yang lebih luas. Merasakan dunia yang lebih nyata. Tak ada seorang pun yang bisa memutar waktu kembali dan memulai awal yang baru. Yang tersisa hanyalah ingatan segar di kepala. Kenangan buruk, kenangan indah, pengalaman baik, pengalaman buruk, semua dilalui dengan berbagai kejutan.

Setelah itu, apalagi yang tersisa? Akhirnya yang tersisa hanyalah Sang Pencipta, Yang awal dan Yang akhir. Dialah Allah SWT. Tuhan semesta alam. Allah lah yang menakdirkan setiap pertemuan kita ini. Dan Allah juga lah yang pada akhirnya menakdirkan perpisahan. Perpisahan dengan berbagai macam teman. Dari yang kita suka, yang kita kagumi, yang kita benci, bahkan perpisahan dengan orang-orang yang biasa aja kesannya dalam hidup kita, hanya sebatas figuran saja. Semoga Allah SWT mempertemukan kembali kita di lain kesempatan. Atau bisa jadi kemarin adalah perjumpaan terakhir sampai akhirnya kita tak akan pernah bertemu lagi. Yaa siapa yang tau? Tak ada yang benar-benar pasti di dunia ini kecuali ketetapan-Nya.

Sekali lagi, semua kisah pasti memiliki akhir. Namun dalam hidup, semua akhir adalah merupakan awal yang baru. Seperti halnya malam yang gelap selalu berakhir dengan fajar yang terang. Seperti kata pepatah lama, habis gelap terbitlah terang. Bersyukurlah kepada Sang Pencipta atas setiap peristiwa indah dalam hidup kita ini. Lagi pula, kebanyakan orang sukses terkadang bisa mengakhiri masa lalunya yang suram menjadi masa depan yang gemilang karena mereka selalu mempunyai kesempatan. Ingatlah bahwa hidup itu cuma sekali. Tapi momen bisa datang berkali-kali. Dan yang membuat hidup berwarna adalah kesempatan yang kita jalani. Pengalaman kejatuhan setiap orang tidak selalu sama namun yang membuat kita selalu bangkit adalah semangat pantang menyerah. Jangan lelah untuk berharap, karena harapan adalah motivasi bagi diri sendiri. Usaha dan perjuangan akan selalu membuahkan hasil. Marilah menuju kemenangan.


Source image

Dannnn ya... Saya tegaskan lagi bahwa Lulus SMK ini ternyata bukan akhir segalanya. Masih ada jenjang sekolah tinggi dibangku perkuliahan, atau mungkin persaingan di dunia kerja, bahkan persaingan keras kehidupan mulai semakin jelas di depan mata. Kita semua harus mempersiapkan itu. Seseorang pernah berkata..
"Esensinya 'akhir' adalah sebuah awal yang baru. Tidak ada yang perlu disesali dari 'sebuah akhir', kecuali kalau kau mengakhirinya dengan cara yang salah, di waktu yang salah."
-Devania Annesya

Mungkin saja, bukan hanya saya yang setuju dengan pemikiran seperti itu. Entahlah, yang pasti perpisahan itu pasti terjadi. Langkah kehidupan baru akan saya jalani dan juga teman-teman yang baru saja lulus. Saya berharap ini bukan akhir yang sebenarnya. Tapi inilah awal yang sebenarnya dalam kehidupan yang kita jalani. Hari ini dan seterusnya adalah dunia yang sebenarnya!


Read More

Minggu, 08 April 2018

Tentang Putih Abu-Abu Bagian 2

Dua minggu yang sangat bersejarah. Pertama pada tanggal 27 maret kemarin, Pak Manito selaku kepala sekolah saya telah habis masa jabatannya dari kursi orang nomor satu di SMK Pengkolan. Banyak warga sekolah yang berencana merayakan pelepasan kepala sekolah yang selalu bersemangat ini. Jadilah itu hari selasa warga sekolah melaksanakan upacara terakhir yang dikhususkan untuk Pak Manito. Saya pun ikut sedih mengikutinya. Walau bagaimana pun, beliau adalah kepala sekolah saya selama tiga tahun menapaki langkah di masa putih abu-abu ini. Bagi saya beliau adalah figur pemimpin terbaik diantara kepada sekolah yang lain selama saya melaksanakan wajib belajar 12 tahun terakhir ini.

pak-manito-lengser.jpg


Selamat jalan kepala sekolahku, semoga di tempat tugas yang baru kau tetap semangat membangun negeri. Kesedihan kami hari ini adalah melihat perpisahan dengan sosok kepala sekolah terhebat yang pernah kami kenal. Terima kasih atas dedikasinya dalam mendidik generasi penerus bangsa. Kami tak akan pernah melupakan jasamu.

ilustrasi-ujian-nasional.jpg


Yang kedua adalah Ujian Nasional (UN) pada tanggal 2 - 5 April. Sebuah tahap yang pasti dilalui oleh setiap murid. Saya melaksanakan Ujian ini untuk yang terakhir kalinya, rasanya antara pasrah dan senang. Saya kira saya tak akan lagi menghadapi UN karena sempat ada isu bahwa UN akan dihapuskan, tapi ternyata itu semua hanyalah wacana. Memang UN ini adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada dunia pendidikan yang disesuaikan dengan standar pencapaian hasil secara serentak dan nasional. Beberapa teman ada yang histeris dan panik menghadapi UN. Entah itu karena belum siap secara fisik dan mental, atau takut nilainya jelek yang mengakibatkan susahnya mencari pekerjaan (bagi yang ingin langsung kerja). Kalau saya sih sudah pasrah aja bawaannya. Berserah diri kepada Sang Pencipta agar dilancarkan dalam proses pengerjaannya.

Ada yang menganggap ini adalah bagian akhir perjalanan sekolah, ada pula yang menganggap ini adalah awal dari masa depan. Terserah mau berpendapat seperti apa, itu merupakan hak kalian. Tapi yang jelas disini saya ingin menekankan bahwa berakhirnya masa sekolah yang ditandai dengan pelaksanaan UN ini bukanlah akhir dari yang namanya belajar. Dikutip dari Kompasiana, Sebuah ungkapan Latin mengatakan seperti ini, “Non Scolae Sed Vitae Discimus” yang artinya kurang lebih: “Kita belajar bukan hanya untuk sekolah, melainkan untuk Hidup”.

Belajar sangatlah penting untuk kelangsungan hidup manusia terutama untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Belajar bukanlah semata-mata pergi kesekolah menuntut ilmu dan nilai hingga lulus dan mendapatkan pekerjaan. Sekolah dan pendidikan formal hanyalah sarana dan syarat untuk menapaki jenjang pendidikan yang sudah diatur oleh Undang-Undang. Agar sebuah generasi yang ditamatkan memiliki syarat untuk bekerja atau kembali belajar ke jenjang yang lebih tinggi.

Belajar dapat diartikan adalah sesuatu yang telah kita lakukan dari waktu lahir kedunia. Ketika masih kecil kita belajar langkah demi langkah untuk dapat berbicara, berjalan dan sebagainya. Itu sudah merupakan suatu kegiatan belajar. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa belajar merupakan sesuatu yang sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia. Jadi belajar itu adalah proses panjang yang tidak pernah berhenti.

Saya masih ingat jelas yel-yel dari Pak Minato yang sering digunakan selama dia menjabat yaitu "Tiada hari tanpa belajar!" Dan yaa memang benar itu. Walaupun saya sudah lulus, proses belajar itu masih harus terus dilakukan. Karena belajar gak hanya di kelas, tapi di kehidupan nyata pun kita harus tetap belajar. Saat ini saya benar-benar menerapkan slogan tersebut.


tentang-putih-abu-abu-bagian-2.jpg


Berbicara tentang belajar, saat ini saya punya lebih banyak waktu luang untuk belajar lebih giat. Ya itu benar, saya walaupun sudah selesai masa sekolahnya masih terus belajar. Bagi saya, tahap terakhir dari ritual wajib kelulusan ini (baca: UN) akan menjadi awal bagi perjalanan lainnya. Perjalanan baru yang penuh dengan tantangan yang lebih besar. Karena di saat yang bersamaan saya sedang belajar untuk persiapan SBMPTN. Banyak yang bilang SBMPTN itu lebih sulit daripada UN. Maka dari itu saya mengakalinya dengan fokus belajar SBMPTN daripada UN. 


Saya sadar diri bahwa tidak ada sesuatu yang instan. Termasuk dalam menghadapi ujian SBMPTN yang tinggal hitungan hari lagi. Saya terus belajar disaat yang lain sudah terlena dengan kebebasan setelah UN. Karena sudah terlalu lama saya tidak lagi merasakan kesenangan dalam belajar dan bekerja sama halnya seperti ketika saya membaca dan menulis. Tak bisa digambarkan lagi betapa merasa stresnya saya atas hal-hal tersebut.

Banyaknya materi yang tertinggal membuat saya tak bisa santai menjalani hari. Karena saya telah menyadari bahwa setiap ilmu itu terhubung satu sama lain. Contohnya saja saat kita lulus SMP lalu ke SMA. Saat di kelas 7, banyak pelajaran di SMP yang diulang kembali di SMA. Jika kita menyia-nyiakan sekolah, bukan tidak mungkin kita akan kesulitan untuk menyesuaikan materi baru yang diajarkan. Dan sialnya, itu adalah kesalahan yang pernah saya lakukan, yaitu menyia-nyiakan masa sekolah. Saya sangat menyesalinya. Namun, pada akhirnya saya sendirilah yang harus menentukan apakah saya akan terlena dengan situasi ketertinggalan ini atau bisa kembali fokus pada misi utama, yaitu SBMPTN. Doakan saya ya sob. Semoga bulan depan saya bisa mengerjakan soal ujian SBMPTN dengan baik. Aamiin..


Read More

Minggu, 18 Maret 2018

Hampir menyerah

Jalan kebenaran mulai menjauh. Saya sudah berjalan jutaan langkah. Tapi karena masih ragu, saya pun kembali jatuh. Hingga hampir ke titik paling rendah, yaitu menyerah. Yaak.. Saya hampir menyerah. Tuk sesuatu yang dulu membuat saya berdiri tegak penuh semangat menjemput masa depan. Semakin banyaknya tantangan yang menghadang, membuat otak saya menjerit. Tak ada ruang untuk berpikir. Setiap hari bangun dengan memikirkan masalah yang sama. Pergolakan hati dan pikiran tak dapat dihindari. Dengan emosi yang tak terarah. Ingin rasanya saya istirahat sejenak. Tapi ternyata tak bisa. Untuk kondisi seperti ini, rasanya tak ada waktu buat istirahat. Setiap hari selalu aja ada yang menusuk pikiran. Saya lelah untuk bersembunyi dari setiap rasa sakit yang sudah menumpuk tanpa ada satupun penenang.


Arrrgghh.. Saya terlalu bodoh! Saya mungkin  terlalu bodoh, masa cuma karena cobaan ini saya menyerah? Padahal dari dulu saya selalu mencoba tuk menjadi orang yang kuat. Tapi mengapa semakin saya terus mencoba, semakin banyak luka yang saya rasakan. Ingin rasanya saya mengucapkan kata 'menyerah'. Tapi sulit sekali. Setiap ingin mengucapkan kata itu, saya selalu ingat perjuangan besar orang tua saya yang tak pernah lelah dan tak pernah menyerah dengan keadaan. Saya tau saya sudah lelah, dan masih saja saya paksakan diri ini dalam tekanan. Tapi apa boleh buat, saya tak ada pilihan selain menjalaninya. Walau sangat berat dan sakit, harus saya tahan. karena akan lebih banyak penderitaan yang lebih hebat kalau saya memilih untuk menyerah. 


Dalam keadaan terpuruk ini. Saya mencoba tuk bangun perlahan. Karena hanya tinggal dua langkah besar lagi yang harus saya lakukan tuk mengakhiri masa sulit ini. Saya tak boleh menganggap bahwa hidup ini sebagai sebuah rangkaian penderitaan. Saya harus optimis, saya harus berdoa dan berusaha mengatasi kesulitan ini. Saya tak akan pernah menyerah kepada apapun yang menghalangi saya untuk maju. Saya yakin pasti bisa. Saya tak ingin terlihat lemah di depan para teman perempuan saya. Saya harus tetap berdiri dan tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi paling buruk sekalipun. Seburuk-buruknya masalah ini, saya harus bisa bangkit dan pantang menyerah dalam menjalani hidup. Karena  segala sesuatu harus dijalani sebagaimana mestinya. Semua sudah diatur dan berjalan sesuai dengan jalurnya. Jika saya keluar dari jalur, pasti ada konsekuensi yang harus diterima. Ini semua demi sebuah harga diri yang lebih baik di masa depan. 

Read More