Minggu, 02 November 2014

Bersyukur itu nikmat

Selamat malam.. Berhubung kemaren saya sakit, saya jadi terinspirasi bukunya Akbar Zainuddin yg berjudul Man Jadda Wajadda yg dlm salah satu nya membahas ttg rasa bersyukur walaupun di timpa cobaan, karna kondisi saya udah agak mendingan, kali ini akan saya sebarkan biar kalian mungkin terinspirasi.

Waidzaa kunta fi ni'matin far'aha, fainnal-ma'ashi tuziilun-ni'ama
Jikalau kamu telah mendapatkan nikmat, jagalah nikmat itu, karena sesungguhnya kemaksiatan itu menghilangkan nikmat.



Bersyukur berasal dari bahasa Arab, “syakara“ yg berarti “fataha“ atau membuka. Bersyukur berarti membuka diri, membuka hati, dan membuka pikiran untuk mendapatkan pencerahan dari berbagai sumber. Rasa syukur harus di mulai dari “membuka diri“ terhadap apa yg sudah di berikan Tuhan kpd kita. Tanpa membuka diri, akan sulit bagi kita untuk mensyukuri apa yg telah ada.

Jika kita telah membuka diri, kita akan terjebak untuk mengingkari nikmat. Ada 2 hal yg menyebabkan manusia mengingkari nikmat, yaitu merasa dirinya blm di beri apa², dan yg kedua merasa bahwa apa yg ia dapatkan sekarang semata-mata hasil kerja kerasnya, dan bkn pemberian Tuhan.

Orang yg merasa blm mendapatkan apa², merasa hidupnya paling merana di dunia, dgn segala kekurangan yg dimilikinya. Ia slalu melihat ke atas, mendongakkan kepala kpd orang² yg di beri rejeki lebih banyak darinya. Jika ada orang yg lebih maju darinya, ia merasa bahwa Tuhan tidak adil. Ia merasa sendiri dan tdk mendapatkan rahmat serta pertolongan dari Tuhan. Padahal, itu semua terjadi karena ia tdk melihat hal² positip yg ada pd dirinya. Ia slalu melihat semuanya secara negatip, dari sisi yg berseberangan. Ia tdk menyadari betapa nikmat Tuhan begitu banyak telah diberikan kepada nya. Ia tdk menyadari bahwa begitu banyak orang yg lebih tdk beruntung dibandingkan dirinya. Kesadaran dirinya tertutup, dan karenanya ia tdk merasa mendapatkan apa².

Karena itulah, sangat menarik apa yg di difirmankan Allah SWT. dlm Al Quran surah Al-Mulk ayat 23 : “katakanlah, Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.“

Al Quran menyebut 3 hal yg sering tertutup oleh yg menghalangi manusia untuk bersyukur, yaitu penglihatan(abshar), pendengaran (sam'un), dan hati nurani (af'idah). Bukan hanya sekali Allah menekankan ke 3 hal ini harus di buka. Ini menunjukkan bahwa 3 hal itu memiliki posisi penting agar manusia mau bersyukur.

Membuka mata, penglihatan (abshar) menjadi syarat pertama yg harus dilakukan. Membuka penglihatan berarti melihat apa² di sekeliling kita, dan menyadari betapa banyak nikmat yg telah diberikan Allah kpd kita. Membuka mata menjadi titik awal rasa syukur kita kpd nikmat yg telah Allah berikan.

Nabi Muhammad mengajarkan, agar kita pandai bersyukur, kita mesti melihat orang² yg secara ekonomi dan kehidupan jauh dibawah kita. Dengan memperhatikan hal tersebut, kita akan merasakan bahwa nikmat yg diberikan kpd orang lain.

Lihat lah orang² yg mempunyai harta yg lebih sedikit dibanding kita, lebih miskin, dan lebih kekurangan. Lihatlah orang² yg mempunyai kedudukan masih jauh di bawah kita. Lihatlah orang² yg sakit. Lihatlah orang² yg untuk mendapatkan pekerjaan atau penghasilan kecil pun harus bersusah payah dan bekerja keras membanting tulang. Dan lihatlah berbagai kekurangan yg ada pd orang lain. Semua itu akan membuat kita lebih pandai bersyukur.

Setelah membuka mata, orang juga mesti membuka telinga. Membuka telinga artinya mendengarkan secara jernih berbagai masukan dan informasi dari luar. Terbukanya wawasan dan pengetahuan yang kita miliki akan memberi makna lebih besar bagi proses memahami nikmat yang telah diberikan.

Membuka diri secara lebih besar ada pd membuka hati nurani. Membuka hati nurani artinya berjiwa besar terhadap apa yg terjadi dan slalu berpikir positif. Apapun yg terjadi pd diri kita, baik maupun buruk, adalah “nikmat“ yg diberikan Tuhan untuk menguji apakah kita tambah “bersyukur“ atau “mengingkari“ nikmat tersebut.

Berjiwa besar artinya memahami bahwa jika mendapatkan suatu “nikmat yg buruk“ menurut pandangan kita hal itu bukanlah akhir dari segalanya. “Nikmat yg buruk“ akan memberikan kesadaran bahwa slama ini begitu banyak nikmat yang diberikan Tuhan yang blm kita syukuri. Orang tidak akan merasakan nikmatnya sehat jika ia blm pernah sakit. Tatkala sakit itulah orang bisa merasakan betapa kesehatan merupakan nikmat yang sangat berharga.

Begitu juga orang tidak bisa merasakan nikmatnya mempunyai harta banyak, jika ia tak pernah merasakan hidup sebagai orang miskin. Karena itu, jika kita mempunyai kekurangan, kekurangan itu mesti kita syukuri dgn baik karena dgn kekurangan itulah kita bisa merasakan nikmat yang sesungguhnya saat kita merasakan kelebihan.

Jiwa besar itu juga diperlukan saat kita mendapatkan nikmat yg menurut kita positif. Nikmat sehat, rejeki, dan berbagai nikmat lain adalah pemberian yg tidak diberikan kpd semua orang. Bersyukur akan mencegah kita dari kesombongan bahwa apa yg kita terima adalah hasil upaya kita sendiri. Bersyukur akan memberikan kesadaran bahwa di balik usaha² yang kita lakukan ada tangan Tuhan yang membantu memberikan nikmat itu.

Kesadaran semacam itu akan memberikan ketenangan hati, apapun kondisi yg menimpa kita. Jika kita mendapatkan nikmat yang banyak, kita akan bersyukur bahwa Tuhan memberikan apa yang kita usahakan. Tetapi sebaliknya, jika tertimpa musibah atau situasinya tdk sesuai dgn apa yang kita inginkan, kita jg tdk terlalu larut dalam kesedihan.

Mengapa bersyukur bisa menambah nikmat yang telah di berikan? Firman Allah yang sangat terkenal dlm Surah Ibrahim ayat 7 mengatakan, “Dan (ingatlah) ketika Tuhan mu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka pasti azab-Ku sangat berat'.“

Bersyukur bisa menambah nikmat, karena dgn bersyukur manusia menemukan kedamaian hati dan orientasi hidup yang benar. Bersyukur akan membuat hidup manusia lebih bermakna. Ia tidak lagi berpikir jangka pendek, tetapi bagaimana memaknai hidup secara lebih baik di masa mendatang.

Mensyukuri nikmat yang telah di berikan tidak hanya terucap di bibir, tetapi juga dgn tindakan² yg mendukung sifat dan sikap positif tersebut. Bersyukur terhadap harta yang diberikan adalah dengan membelanjakan harta tersebut untuk nilai² positif dalam kehidupan, yang berguna baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat secara umum.

Mensyukuri nikmat sehat berarti menggunakan kesehatan tersebut sebaik-baiknya dengan bekerja keras, tidak bermalas-malasan, dan selalu mengembangkan diri secara serius. Mensyukuri nikmat kehidupan berarti tidak menyia-nyiakan hidup ini dgn berbagai kegiatan yang tidak berguna dan sia².

Makna pertambahan nikmat dlm ayat Qur´an di atas tentu saja bukan semata-mata ditambah nikmatnya, tetapi juga atas dasar usaha dan kerja keras yang kita lakukan. Jika orang berpikir positif, berjiwa besar, dibarengi dengan kerja keras dlm hidupnya, akan terbuka potensinya untuk menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi.

Produktivitas yang lebih tinggi inilah jelmaan dari janji Allah bahwa Dia akan menambah nikmat bagi orang² yang mau bersyukur. Dengan bersyukur, orang akan lebih termotivasi dlm hidup, bekerja lebih keras, tumbuh sikap positif dan pantang menyerah. Kondisi negatif apapun dipahami sebagai wadah untuk membuat hidup ini lebih baik. Itulah makna nikmat yang akan selalu ditambah jika kita bersyukur.

©Man Jadda Wajada, The Art Of Excellent Life

1 komentar:

Silahkan komentar, bebas asal sopan dan relevan.